Home Liputan Haji Puncak Haji 1444 Hijriah: Setelah Arafah Bergeser ke Musdalifah, Mina

Puncak Haji 1444 Hijriah: Setelah Arafah Bergeser ke Musdalifah, Mina

Arafat, Gatra.com - Lebih dari 2 juta jemaah haji tahun ini mendaki Gunung Arafat pada hari Selasa (27/6). Moment ini menjadi puncak dari ziarah ‘pemecah rekor’ jemaah dengan kapasitas penuh untuk pertama kalinya sejak pandemi global.

Saat matahari terbit, jemaah yang berkemah di kota tenda Mina melakukan salat subuh, kemudian mulai membaca ayat-ayat Alquran dan bergerak menuju Arafah, tempat Nabi Muhammad memberikan khotbah terakhirnya 1.400 tahun yang lalu.

Ritual tersebut merupakan puncak dari ziarah tahunan, salah satu dari lima rukun Islam, dan perjalanan sekali seumur hidup bagi mereka yang sehat secara fisik mampu secara finansial.

Tanggal 9 Dzulhijjah, Hari Arafah, adalah satu-satunya hari terpenting dalam ibadah haji. Jika seorang peziarah melewatkan hari ini, maka dia melewatkan ibadah haji.

Baca Juga: Mengapa Hari Arafah Dijadikan Puncak Ibadah Haji ke Mekkah?

Mengumumkan pendakian di gunung Arafah - salah satu pertemuan umat Islam terbesar di dunia - Kementerian Haji dan Umrah mengatakan bahwa kota tenda Mina kosong dari peziarah sejak pukul 10 pagi pada hari Selasa.

Para jemaah menuju Arafah –berjalan kaki dan hampir 20.000 bus, sementara kereta api Mashaer beroperasi dengan kapasitas penuh, mengangkut para peziarah melalui tempat-tempat suci.

“Jumlah haji diangkut dengan mudah dan sesuai jadwal yang telah ditetapkan,” kata kementerian itu.

Setelah jemaah melakukan shalat Dzuhur dan Ashar di Arafah, mereka kemudian berpencar menuju ke Muzdalifah secara lancar, sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mereka.

Peziarah akan kembali ke Mina pada Rabu pagi.

Pengaturan jadwal dilakukan untuk melindungi para peziarah, melibatkan polisi kota, pertahanan sipil, Pramuka Saudi, dan badan keamanan lainnya. Helikopter juga dikerahkan untuk memantau jalan masuk yang dipenuhi jemaah.

Ribuan petugas kesehatan juga disiagakan untuk mengantisipasi kasus sengatan panas dan kelelahan saat suhu melonjak hingga 45 derajat Celcius.

Baca Juga: Jemaah Haji Lebih 2 Juta Berkumpul di Arafah, Didominasi Asia dari 150 Negara

Sekelompok jamaah yang memegang payung melawan teriknya matahari dan membaca ayat-ayat Alquran membentuk antrean panjang tak berujung di pendakian berbatu ke Gunung Arafat, yang juga dikenal sebagai jabal rahmah atau “Gunung Rahmat".

“Ini adalah salah satu pengalaman terbesar dalam hidup saya. Saya melakukan haji di usia muda dan saya sangat senang berada di sini. Pihak berwenang melakukan dan pekerjaan yang sangat baik,” katanya Mehmet Tokmak, seorang peziarah dari Jerman, kepada Arabnews. 

Adapun Mohammed Maarouf, berasal dari Suriah kini tinggal di Jerman, berkata: “Bersyukur kepada Yang Mahakuasa, saya mengalami haji yang sangat baik. Ini diatur dengan sangat baik oleh pemerintah Saudi. Saya sangat senang karena ini pertama kalinya saya ke sini untuk menunaikan ibadah haji, padahal saya sudah berkali-kali melakukan umrah.”

Yusifu Kargbo, dari Sierra Leone, juga mengungkapkan pengalamannya: “Ini adalah haji yang luar biasa. Sulit untuk menggambarkan perasaan dan emosi saya. Saya hidup dalam kegembiraan yang luar biasa.”

Sedangkan Hatta Hussain, dari Indonesia, berkata: “Arab Saudi telah membuat pengaturan yang bagus untuk haji – sambutan yang sangat hangat bagi jemaah pada saat kedatangan, dan pengaturan transportasi, kesehatan dan keamanan yang baik, yang patut dipuji.”

Baca Juga: Saudi: Biaya Haji Tahun Ini Turun 39% untuk 1,4 Juta Jemaah

Nazim Hussain Jafri, dari New Delhi, mengatakan: “Pengaturan yang sangat baik ada untuk memastikan suksesnya haji oleh Raja Salman dan otoritas Saudi. Saya mengagumi keramahan hangat yang diberikan kepada kami selama ziarah. Kami diterima dengan sangat baik di Jeddah pada saat kedatangan, dan selama menginap saya merasakan lingkungan yang sangat mendukung.”

Dari Arafah, peziarah akan bermalam di tempat terbuka di Muzdalifah, sebuah lembah antara Mina dan Gunung Arafat. Di sana mereka akan mengumpulkan batu kerikil untuk digunakan dalam ritual khusus keesokan harinya, melempar jumrah.

Setelah salat Subuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah akan meninggalkan Muzdalifah menuju Jamarat, dimana mereka akan menggunakan batu kerikil untuk melempari rangkaian tiga tiang yang melambangkan “setan”. 

Wanita dan orang tua dapat mewakilkan tanggung jawab ini kepada pria dalam perjalanan spiritual mereka.

Pria kemudian diharuskan untuk mencukur rambut mereka, sementara wanita memotong seikat rambut mereka seperti yang dilakukan setelah umrah atau tahalul.

Peziarah juga diharuskan untuk mengorbankan hewan dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan. Mereka yang tidak dapat melakukan pengorbanan sendiri dapat mewakilkan tugas tersebut.

Setelah proses selesai, peziarah kemudian melakukan perjalanan kembali ke Masjidil Haram di Makkah dan ke kampung halaman masing-masing.

252