Jakarta, Gatra.com— Arab Saudi menetapkan Iduladha jatuh pada 28 Juni 2023, sama dengan Muhammadiyah. Artinya, jemaah haji di Arab Saudi melakukan wukuf di Arafah pada 27 Juni 2023. Sedangkan umat Islam non-haji dianjurkan berpuasa pada hari Arafah.
Ini menyiratkan bahwa 'Arafah' dianggap sebagai waktu tertentu, dan wukuf berfungsi sebagai referensi untuk menentukan hari Arafah dan Iduladha. Demikian Persyarikatan Muhammadiyah menukilkan di laman muhammadiyah.or.id, 26/06.
Tahun 2007, Muhammadiyah dan Arab Saudi menetapkan tanggal berbeda untuk Iduladha. Muhammadiyah berdasarkan penampakan hilal, menyatakan bahwa 1 Dzulhijjah 1428 H jatuh pada 11 Desember 2007, sehingga hari Arafah dan Idul Adha jatuh pada tanggal 19 Desember dan 20 Desember 2007.
Sebaliknya, pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa 1 Dzulhijjah 1428 H jatuh pada 10 Desember 2007, sehingga hari Arafah dan Idul Adha jatuh pada tanggal 18 Desember dan 19 Desember 2007.
Akibat ketidaksesuaian ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah meminta anggotanya berpuasa pada Hari Arafah, 9 Dzulhijjah, sesuai surat keputusan organisasi, yakni pada 19 Desember 2007.
Banyak warga Muhammadiyah saat itu yang merasakan 'Arafah' sebagai waktu tertentu. Mereka menganggap bahwa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah mengacu pada penanggalan Islam masing-masing negara, bukan aktivitas jemaah yang wukuf di Arafah.
Situasi tersebut membuat warga Muhammadiyah kebingungan tentang pelaksanaan puasa Arafah. Mereka tidak yakin apakah puasa Arafah dikaitkan dengan 'tempat', yaitu ketika para peziarah wukuf di Arafah, atau dengan 'waktu', yaitu pada 9 Dzulhijjah menurut penanggalan Islam.
Menurut hadits Nabi Muhammad, puasa Arafah harus dilakukan pada hari dan tanggal yang sama dengan wukufnya jemaah haji di Arafah. Artinya keduanya harus terjadi pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berlaku universal di seluruh dunia.
Selain itu, puasa Arafah juga harus diselaraskan dengan pelaksanaan rukun di Arafah. Karena itu, penyatuan hari Arafah tidak bisa dicapai hanya dengan mengikuti keputusan politik pemerintah Arab Saudi.
Isu utama yang menyebabkan perbedaan penentuan hari Arafah adalah penggunaan kalender Islam produksi lokal. Hal ini menyebabkan tanggal yang berbeda di seluruh dunia. Solusinya terletak pada penciptaan sistem kalender universal, Kalender Islam Global, yang dapat digunakan di seluruh dunia.
Sampai umat Islam menerapkan kalender Islam global, akan sulit untuk membangun organisasi waktu yang sistematis. Oleh karena itu, sistem waktu yang diakui dan terorganisir secara global sangat penting bagi umat Islam.
Kedepan umat Islam diharapkan bersatu dan memiliki tanggal yang sama pada hari Arafah, berlaku sedunia, sehingga puasa pada hari Arafah dan wuquf di Arafah dapat dilakukan bersamaan.