Jakarta, Gatra.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai Pemerintah harus melakukan upaya yang lebih untuk mencapai target inklusi keuangan yakni 90% pada 2024 mendatang.
Adapun, mengacu pada data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) indeks inklusi keuangan Indonesia saat ini tercatat telah mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Indeks Inklusi Keuangan pada 2013 hanya sebesar 60%, lalu meningkat 68% pada 20216. Kemudian kembali meningkat pada 2019 yaitu menjadi 76% dan pada data terakhir menjadi 85% di 2022.
"Inklusi keuangan Indonesia ini sebetulnya naik ya gitu, tapi kita punya target yang lebih tinggi. Tahun depan itu mencapai 90 persen begitu, jadi harus ada upaya yang lebih ekstra dari seluruh stakeholder supaya menuju indeks inklusi kita naik. Poinnya sudah naik tapi masih butuh kerja keras," kata Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto dalam Diskusi Publik bertajuk "Masa Depan Innovative Credit Scoring Pasca UU P2SK" pada Selasa (27/6).
Eko juga mengatakan, jika dibandingkan dengan indeks inklusi keuangan di berbagai negara ataupun Asia Tenggara, Indeks Indonesia tersebut masih kalah.
Berdasarkan data laporan World Bank, Inklusi Keuangan Indonesia hanya sebesar 51% di 2021. Sedangkan Inklusi keuangan negara maju yaitu Inggris sudah mencapai 100% dan Asia Tenggara yaitu Malaysia dan Thailand masing-masing 90% dan 95%.
Lebih lanjut, Eko menjelaskan saat ini Indonesia masih memiliki tantangan untuk memperluas akses inklusi keuangan di masyarakat yang tidak terjangkau Lembaga Jasa Keuangan (LJK).
Kemudian, ditambah dengan masih banyaknya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang belum memiliki akses layanan jasa keuangan.
"Akses Keuangan dapat meningkatkan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, UMKM semakin besar semakin butuh akses keuangan," katanya.