Home Pendidikan Membaca Perjalanan Maestro Tari Minang dalam “Gusmiati Suid: Arsip dan Refleksi”

Membaca Perjalanan Maestro Tari Minang dalam “Gusmiati Suid: Arsip dan Refleksi”

Jakarta, Gatra.com - Perjalanan kreatif maestro tari tanah Minang, Gusmiati Suid, direfleksikan ke dalam buku berjudul “Gusmiati Suid: Arsip dan Refleksi”. Buku ini diluncurkan sebagai salah satu program Dokumentasi Pengetahuan Maestro, Dana Indonesiana, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Seperti diketahui, sang maestro tari tersebut berhasil membawa budaya Minang melalui tari dan pementasan di berbagai panggung di seluruh penjuru negeri bahkan luar negeri. Gusmiati Suid menjadikan kekayaan budaya Minang sebagai akar dalam mengkreasikan karya-karyanya. Di sisi lain, karya yang diciptakannya tidak terbatasi oleh sekat-sekat tradisi, sosial, dan jender.

Baca Juga: Realita Kota dalam Gerak Tuti in The City

Pada acara peluncuran buku di Komunitas Salihara, Penanggung Jawab Arsip & Kelola Buku ini, Diana Trisnawati, menyebut bahwa proses riset dan pengumpulan data buku ini dimulai sejak Oktober 2022 hingga Januari 2023.

“Secara konsentrasi memang ini arsip kumpulan kliping, tidak hanya sekedar arsip tapi ada refleksi yang bisa menjelaskan lebih dalam kekaryaan ibu (Gusmiati Suid), kemudian juga perjuangan kebudayaannya,” kata Dian, Sabtu (24/6).

Dian menjelaskan, Gusmiati Suid merupakan penata tari kontemporer kelahiran Batusangkar, Sumatera Barat, 1942. Sepanjang kariernya, dia telah membawa dan menampilkan kekayaan tari Nusantara ke banyak penjuru negeri.

Suasana peluncuran buku Gusmiati Suid: Arsip dan Refleksi (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)
Suasana peluncuran buku Gusmiati Suid: Arsip dan Refleksi (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Gusmiati lahir pada masa pendudukan Jepang (16 Agustus 1942 – 28 September 2001) di Dusun Parak Jua Batu Sangkar, Sumatera Barat. Dia adalah pencipta Tari Rantak, Kabar Burung, dan Api Dalam Sekam dan dipandang sebagai seorang maestro di bumi seni tari kontemporer Indonesia.

Buku ini diterbitkan oleh Borobudur Writers and Cultural Society (BWCF) dan ditulis oleh orang-orang yang mengikuti perjalanan kreatif Gusmiati. Mereka di antaranya Helly Minarti, Nirwan Dewanto, Sal Murgiyanto, Efix Mulyadi, Afrizal Malna, dan Yerry Wirawan.

Baca Juga: Merawat Tradisi dan Lestari Sungai Batanghari Lewat Kenduri Swarnabhumi

Helly merupakan akademisi dan ahli bagian koreografi yang cukup dekat dengan Bu Yet (panggilan akrab Gusmiati), sedangkan Efix merupakan seorang wartawan pada jamannya yang mengikuti rekam jejak perjalanan karya sang maestro. Sementara Nirwan dan Afrizal merupakan kerabat dekat.

Helly Minarti, satu dari enam penulis buku, mengungkapkan, karya Gusmiati tidak pernah lepas dari tradisi Minang. Dia mengeksplorasi berbagai kebudayaan minang, seperti teater rakyat, Randai. Dari eksplorasi ini, Gusmiati menciptakan karya, antara lain Tunjuak (1982-1984), Bulan Maroak (1984), Nyonya Besar (1985), dan Sintak Minangkabau (1986).

”Ibu (Gusmiati Suid) menelisik gerak tiap detail dari berbagai tradisi di tanah Minang dan kemudian merancangnya,” ucap Helly.

Selain gerakan, untuk elemen bunyi dan musik, Gusmiati selalu berlandaskan tradisi dan kebiasaan masyarakat Minang. Epi Martison, penata musik sanggar Gumarang Sakti, mengatakan, salah satu elemen musik berasal suara hentak kaki dan teriakan pada tradisi berburu babi masyarakat Minang.

163