Jakarta, Gatra.com - Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri akan melakukan studi banding ke negara maju terkait ujian praktik yang dianggap menyulitkan masyarakat.
Direktur Regident Korlantas Polri Brigjen Yusri Yunus menyebut studi banding tersebut dilakukan jika memang diperlukan.
"Kalau memang perlu nanti kita studi banding ke negara-negara lain untuk kita bisa melihat negara-negara maju ya secepatnya akan kita inikan (evaluasi)," kata Yusri dalam konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta, Kamis (22/6).
Yusri mengatakan saat ini pihaknya akan membentuk tim kelompok kerja (pokja) yang berisikan sejumlah instansi terkait untuk mengkaji soal ujian praktik tersebut.
Kelompok kerja itu, kata Yusri, juga akan diisi oleh sejumlah ahli di bidang lalu lintas untuk mencari jalan keluar terkait proses yang dianggap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah tidak relevan.
"Nanti kami kaji ini karena kami akan melibatkan stakeholder terkait baik itu perhubungan, para staf-staf ahli yang memang pakar di bidang ini bidang lalu lintas angkutan dan jalan kami akan duduk bersama membuat tim pokja sesegera mungkin karena ini perintah pak Kapolri," tuturnya.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyoroti soal ujian praktek pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sulit.
Hal ini dikatakan Listyo saat memberikan arahan dalam upacara Wisuda Program Pendidikan Ilmu Kepolisian di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK).
"Kalau kita liat, pembuatan SIM juga masih sulit. laporan kasus juga sama, balik nama kendaraan dan seterusnya, dan tentunya ya kita akan selalu lakukan perbaikan," kata Listyo.
Contoh ujian praktek yang sulit menurut Listyo adalah soal tes berjalan dengan rintangan dengan angka delapan dan zig zag.
"Saya minta Kakor (Kakorlantas) tolong untuk lakukan perbaikan. yang namanya angka 8 itu masih sesuai atau tidak, yang melewati zig zag itu sesuai atau tidak. Kalau sudah tidak relevan tolong diperbaiki," ucapnya.
Lebih lanjut, Listyo berseloroh jangan sampai ketika rintangan yang sulit tersebut bisa dilalui oleh pembuat SIM, akan membuat pengendara seperti pemain sirkus.
"Saya kita kalo saya uji dengan tes ini yang lulus paling 20. bener nggak? nggak percaya? kalian langsung saya bawa ke Daan Mogot langsung saya uji," ungkapnya.
"Ya, karena kalau yang lolos dari situ, nanti pasti bisa jadi pemain sirkus jadi hal-hal yang begitu diperbaiki jadi hakikat yang ingin kita dapat dari seorang pengendara tanpa harus melakukan hal yang sangat sulit," sambungnya.
Di sisi lain, Listyo juga mengatakan pihaknya untuk mempermudah ujian praktek pembuatan SIM tersebut untuk menghindari adanya pungutan liar (pungli).
"Jangan terkesan bahwa pembuatan ujiannya khususnya praktik ini hanya untuk mempersulit dan ujung-ujungnya di bawah meja. enggak tes, malah lulus. ini harus dihilangkan," tukasnya.