Yogyakarta, Gatra.com - Kaisar Jepang Naruhito Hironomiya mengunjungi Keraton Yogyakarta, Rabu (21/6), untuk jamuan makan malam bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.
Kedatangan kaisar ke-126 Jepang ini diterima putri sulung Sultan, GKR Mangkubumi, pukul 18.00 WIB dan disambut Beksan Lawung Ageng, tarian untuk menyambut tamu spesial raja. Ia juga disuguhi pameran batik, keris, dan wayang kulit koleksi Keraton Yogyakarta.
“Beliau senang sekali karena bisa melanjutkan visit dari orang tuanya dulu sebelumnya,” ujar GKR Mangkubumi dalam keterangan persnya, menyinggung kunjungan Kaisar Akihito ke Yogyakarta, 1991.
Kaisar Naruhito sempat pula melihat display pertunjukan wayang kulit. Selain itu, dipamerkan pula manuskrip Serat Baratayuda karya Sri Sultan Hamengku Buwono VII-VIII.
Serat ini bercerita tentang perang saudara Pandawa dan Kurawa, karena Keraton Yogyakarta bersendikan Islam, maka Pandawa melambangkan prinsip keislaman atau rukun Islam, sedangkan Kurawa melambangkan 100 dosa yang harus dilawan manusia.
Menurut GKR Mangkubumi, ada banyak kesamaan antara Jepang dan Yogyakarta. Selain memiliki gunung berapi aktif, keduanya menerapkan sistem kerajaan yang masih terjaga. Sebelumnya Kaisar Naruhito juga bertandang ke Balai Teknik Sabo, pusat riset pengendalian lahar letusan gunung berapi di Sleman yang turut didirikan Jepang sejak 1958.
Pada pertemuan ini, Kaisar Jepang memakai setelan jas modern, sedangkan Sultan mengenakan busana khas keraton berupa ageman takwa, kuluk kanigoro, dan sinjang atau jarik parang barong, motif batik yang tidak bisa sembarangan dikenakan di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Demikian pula GKR Hemas dan para putri, mengenakan busana adat. Kaisar Jepang disuguhi pertunjukan orkestra juga hidangan tradisional khas Keraton Yogyakarta, seperti daging sapi wagyu empal balado, udang bakar madu dan sate ayam jeruk nipis.
GKR Mangkubumi mengungkapkan, Sultan dan Kaisar Naruhito terlibat pembicaraan empat mata secara akrab. "Pertama, kehadiran Kaisar Jepang kali ini tentunya untuk menjaga silaturahmi dari orang tuanya hingga ke generasi berikutnya. Kedua, untuk menjalin hubungan semakin baik ke depannya,” kata GKR Mangkubumi.