Jakarta, Gatra.com — Ribuan warga memadati Alun-Alun Wilaraja Kota Mojokerto dalam rangka menyemarakan “Pesta Rakyat” pada rangkaian Hari Jadi Kota ke-105. Perhelatan ini digelar oleh Pemkot Mojokerto. Pesta rakyat yang digelar usai upacara itu, mengusung tema kebudayaan. Yakni menyuguhkan tari kolosal “Harisani Senthosa” oleh 128 siswa-siswi dari SMP, SMA, SMK, serta sanggar seni se-Kota Mojokerto.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyaksikan langsung kemeriahan itu. Muhadjir didampingi Deputi bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Didik Suhardi, serta Staf Khusus Menteri Khoirul Muttaqin.
Hadir juga Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Akmal Malik, Direktur Perlindungan Budaya Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti, Konsulat Jenderal Jepang Wilayah Surabaya Takeyama Kenichi, Ketua DPRD Kota Mojokerto Sunarto, Wakil Presiden Direktur PT Ajinomoto Indonesia Fumihiro Kobayashi, serta Wakil Presiden PT Panasonic Gobel Life Solutions Manufacture Indonesia Heru Santoso.
Muhadjir menyampaikan, bahwa momen yang berbahagia ini perlu dimaknai untuk melihat kembali sejarah besar Kota Mojokerto. Kota ini berdiri di situs sejarah pusat Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara. Muhadjir berharap Kota Mojokerto saat ini dapat mewarisi sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit masa lalu itu.
Muhadjir juga mengingatkan bahwa Kota Mojokerto merupakan tempat masa kecil pendiri bangsa sekaligus Presiden pertama Indonesia Sukarno saat mengenyam sekolah dasar. Keduanya perlu dilihat dan dijadikan sebagai sejarah kebesaran yang dapat memupuk semangat dalam membangun kota.
“Saya kira kedua sejarah besar itu dapat memberikan semangat untuk membangun kota yang berdikari dan mandiri,” imbuh Muhadjir.
Selain itu, Muhadjir menambahkan masyarakat dan pemerintah kota harus bisa memanfaatkan bonus demografi yang saat ini tengah dihadapi oleh Kota Mojokerto. Mengingat 70 persen dari jumlah penduduk kota itu merupakan penduduk dengan usia produktif. Menurutnya hal ini dapat menjadi modal untuk dapat lebih dulu menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045 dibandingkan dengan daerah lainnya.
“Bonus demografi yang lebih dulu dirasakan oleh Kota Mojokerto harus bisa betul-betul dimanfaatkan. Sehingga dapat membawa daerah ini menjadi kota yang kuat, hebat, dan melesat,” kata Muhadjir.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyebut peringatan Hari Jadi Kota Mojokerto ini pertama kali digelar di Alun-Alun Wilaraja. Hal ini dilakukan dalam rangka merayakan rampungnya renovasi alun-alun yang telah dibangun dengan nuansa Majapahit. Ia menerangkan bahwa pesta rakyat itu juga menyuguhkan 105 gerobak pedagang kaki lima (PKL) berisi tidak kurang dari 31.000 porsi makanan gratis yang berjejer di seputar alun-alun.
“Kami selenggarakan disini karena kami berbahagia dan berbangga hati Alun-Alun Kota Mojokerto telah berubah menjadi nuansa Majapahit yang kental untuk menyambut hari bersejarah ini,” ujar Ika.
Dalam kesempatan itu dilakukan juga pemotongan gunungan tumpeng raksasa yang dilakukan oleh Muhadjir bersama Wali Kota Mojokerto dan dilanjutkan dengan sesi “Grebeg Gunungan” yang diikuti oleh seluruh warga yang hadir.
Selepas mengikuti serangkaian pesta rakyat Hari Jadi Kota Mojokerto di Alun-Alun Wilaraja, Muhadjir langsung melakukan napak tilas jejak Presiden Sukarno semasa bersekolah di SD Negeri Purwotengah serta menelusuri sejarah Kerjaan Majapahit di Museum Trowulan, tidak jauh dari alun-alun.
Tiba di SD Negeri Purwotengah, Muhadjir disambut meriah oleh seruan para siswa yang mengenakan pakaian ala Soekarno kecil dengan bawahan batik dan jas putih, lengkap dengan dasi kupu-kupu hitam. Muhadjir juga mengelilingi sejumlah ruang kelas yang dahulu pernah digunakan oleh Sang Proklamator. Muhadjir melihat dengan seksama detail ruangan dan papan tulis yang masih terjaga hingga sekarang.
Menanggapi rencana dibangunnya “Galeri Sukarno” yang dulu sekolah Ongko Loro itu, Muhadjir secara langsung memberikan arahan kepada jajaran terkait untuk dapat segera merealisasikan upaya tersebut. Menurutnya hal itu merupakan cita-cita yang mulia dan harus didukung karena dapat menjadi waeisan dan peninggalan bahwa di Mojokerto memiliki sejarah yang besar pada waktu Bung Karno masih kecil.
“Upaya rekonstruksi bangunan ini akan terangkai dengan jejak-jejak Bung Karno di tempat lain, seperti ketika Sukarno bersekolah di Surabaya hingga waktu berada di Bandung dan Blitar. Ini memang upaya yang sedang kita lakukan. Saya sangat mendukung,” kata Muhadjir
Di sela-sela acara, Muhadjir turut berdialog dengan para siswa yang memainkan gamelan saat memberikan sambutan. Ia menanyakan cita-cita para siswa seraya menyemangati serta mendoakan mereka untuk dapat meneladani kebesaran Bung Karno. Menurutnya, meneladani Sukarno dapat menjadi bekal bagi siswa dalam menyambut Generasi Emas 2045.
Selepas itu, Muhadjir melanjutkan agendanya berkunjung ke Museum Trowulan yang merupakan museum arkeologi yang dibangun untuk menyimpan berbagai artefak dan temuan di sekitar wilayah Trowulan. Tempat ini itu adalah salah satu lokasi bersejarah terpenting di Indonesia yang berkaitan dengan sejarah kerajaan Majapahit.
Muhadjir diajak berkeliling museum dan mendapati sejumlah koleksi selama masa kejayaan Majapahit, di antaranya miniatur/maket candi, koleksi arca, mata uang kuno, guci dari tanah liat, koleksi keramik, alat-alat rumah tangga. Sejumlah koleksi lain juga terdapat di museum itu, seperti Patung Hariti, Pantheon Hindu dengan penempatan Lingga Yoni di tengah, Siwa di Selatan, Durga di Utara, Ganesha di Barat, Mahakala di kiri pintu masuk, dan Nandiswara di kanan pintu masuk.