Home Kesehatan Kementan Apresiasi Penelitian Keladi Tikus Obat Kanker dari Binus

Kementan Apresiasi Penelitian Keladi Tikus Obat Kanker dari Binus

Jakarta, Gatra.com – Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan), Lely Nuryati, mengapresiasi penelitian dari Universitas Binus bahwa keladi tikus (T. flagelliforme) merupakan obat kanker.

“Ini luar biasa untuk spesies keladi tikus ini, katanya menjadi obat untuk kanker payudara,” kata Lely dalam rangkaian acara Research & Innovation Expo 2023 yang digelar di Kampus Binus, Alam Sutera, Tangerang Selatan (Tangsel), pekan ini.

Ia mengungkapkan, sudah ada 7 inovasi atau penelitian tentang tujuh varietas tanaman dari Binus, termasuk untuk keladi tikus sebagai obat sejumlah kanker. Dari tujuh penelitian, 2 sudah dilakukan pengujian.

“Kami berharap ada varietas lain. Yang sekarang masih dalam pemeriksaan sisanya ada 5 lagi, yaitu keladi tikus juga ada 3 varietas dan juga pisang,” katanya.

Lely yang juga alumnus Binus mengaku tidak menyangka bahwa di kampus bekasnya menimba ilmu ini ada penelitian terkait tanaman. “Ini luar biasa, kami mengira Binus itu hanya di IT, ternyata juga di sektor pertanian, luar biasa,” ujarnya.

Keladi tikus sebagai obat kanker ini karya Dr. Nesti Fronika Sianipar, S.P., M.Si., dan Dr. Ir. Ragapadmi Purnamaningsih, M.Si. Dikutip dari laman Binus pada Sabtu (17/6), keladi tikus mengandung senyawa bioaktif yaitu alkaloid, saponin, glikosida (Syahid, 2008), flavonoid, terpenoid, steroid (Nobakht etl al., 2010) dan flavonoid glikosida (Farida et al., 2012).

“Komponen flavonoid glikosida yang terkandung dalam ekstrak daun tanaman keladi tikus fraksi etil asetat adalah 6-glucosyl apigenine yang dikenal dengan isovitexin,” demikian Resti dan Ragapadmi.

Mereka menjelaskan, Isovitexin menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dan efek toksik terhadap Artemia salina (Farida et al., 2012). Ekstrak heksan pada tanaman keladi tikus juga memiliki aktivitas toksik pada Artemia salina (Sianipar, Maarisit & Valencia,2013). Sedangkan akar tanaman keladi tikus mengandung fenilpropanoid glikosida, sterol, dan serebrosida yang memiliki aktivitas hepatotoksik (Huang et al., 2004).

Mereka menyampaikan, keladi tikus merupakan tanaman obat yang bermanfaat dalam mengobati penyakit kanker, di antaranya kanker payudara, usus, kelenjar prostate, hati, leukemia ,dan leher rahim (Hoesen, 2007; Heyne, 1987).

Aktivitas antikanker dari ekstrak keladi tikus pernah diujikan secara in vitro pada dua jenis sel kanker mencit, yaitu P388 lymphocytic leukemia (Choo et al., 2001) dan lymphoid cell line (Neoh, 1992). Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar dari keladi tikus berhasil memperlihatkan aktivitas antiproliferatif yang baik, namun senyawa antiproliferatif tersebut belum diidentifikasi dengan jelas (Neoh, 1992 ; Cho et al., 2001).

Pisang Torpedo. (GATRA/Iwan Sutiawan)

Aktivitas antileukemia dari ekstrak diklorometan tanaman keladi tikus diujikan pada T4 lymphoblastoid (CEMss) cell line manusia dan hasilnya mengindikasikan adanya efek antileukemia yang mampu menunjukkan karakteristik morfologi kematian sel yang khusus dan sesuai dengan apoptosis sel.

Analisis Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS) menunjukkan adanya kandungan asam linoleat, asam hexadecanoic, dan asam 9-hexadecanoic pada ekstrak diklorometan tanaman keladi tikus (Mohan et al., 2011).

“Aktivitas anti kanker pada tanaman keladi tikus diujikan pada sel kanker payuadara manusia t47d untuk melihat kemampuan tanaman keladi tikus sebagai agen kemoterapi untuk kanker payudara dan efeknya jika dikombinasikan dengan tamoxifen (TAM) (Nurrochmad et al., 2011),” ujarnya.

Tamoxifen merupakan salah satu pengobatan kanker payudara yang cukup efektif namun menunjukkan adanya efek samping, berupa peningkatan risiko kanker endometrium (Jones et al., 2012).

Studi Nurrochmad et al., (2011) menunjukkan bahwa ekstrak tanaman keladi tikus dapat menstimulasi apoptosis sel lebih baik pada konsentrasi yang rendah. Hasil lain dari studi ini adalah bahwa ekstrak tanaman keladi tikus bekerja lebih efektif dalam menginduksi apoptosis sel tanpa keberadaan TAM.

Ekstrak keladi tikus, selain itu juga dapat dapat menurunkan efektivitas TAM dalam mengobati kanker payudara jika digunakan secara bersamaan (Nurrochmad et al., 2011).

“Studi terbaru menunjukkan bahwa ekstrak umbi tanaman keladi tikus fraksi diklorometan berpotensi dalam menghambat poliferiasi sel MCF-7 kanker payudara (Putra et al., 2012),” ujar mereka.

Adapun penelitian soal pisang yang dimaksud Lely adalah pisang Torpedo, kepanjangan dari Tanduk Organik Penerapan Bioteknologi di Indonesia. Ukuran buah pisang tanduk ini lebih besar dari ukuran biasanya dan produksinya lebih tinggi.

Panjang pisang Torpedo bagian sisir atas mencapai 39,5 cm dengan bobot perbuahnya mencapai 1.073,7 gram, dan diameter 7,5 cm. ?Sedangkan bagian sisir bawahnya, panjang 37,5 cm, bobot satu buah 796,7 gram, dan diameter 6,5 cm.

Selain itu, hasil penelitian Dr. Nesti F. Sianipar, S.P., M.Si. dan Khoirunnisa Assidqi, S.Pi., M.Si., ini bibitnya dari kultur jaringan bebas dari penyakit dan cendawan.

936