Home Lingkungan Dengan PLN, MinaGot Sumbar Peduli Lingkungan Raup Cuan

Dengan PLN, MinaGot Sumbar Peduli Lingkungan Raup Cuan

Padang, Gatra.com - Sampah menjadi persoalan serius yang dihadapi Indonesia saat ini. Terlebih meningkatnya volume sampah yang dihasilkan masyarakat, baik yang organik maupun anorganik.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton kendati menurun dibanding 2021 yang tercatat 31,13 juta ton.

Resi Rahayu, seorang dosen di Universitas Andalas (Unand) Padang sejak 2019 lalu terus berupaya untuk mengurangi volume sampah di lingkungan masyarakat. Salah satunya dengan membentuk MinaGot Sumbar, yakni Kelompok Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).

"Awalnya hanya memanfaatkan teras rumah, hanya dengan dua wadah biofon, dan ditunjang penelitian mahasiswa," kata dosen Jurusan Biologi Unand ini saat ditemui di Komplek Bukit Belimbing Indah Blok A5 Nomor 3 Kelurahan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Selasa, (13/6) siang.

Menjaga lingkungan menjadi motivasi utamanya membudidayakan Maggot ini. Apalagi limbah sampah menjadi sarang penyakit, polusi dan pencemaran tanah, air, hingga udara. Terlebih masih kurangnya tempat pembuangan sampah yang layak selama ini.

Mimpi menciptakan lingkungan yang bersih, akhirnya dia berhasil budidaya Maggot secara integrasi. Mulai dengan cara pengurangan volume sampah, hingga budidaya ikan, dan beternak ayam dengan melibatkan masyarakat setempat.

"Maggot BSF ini sejenis ulat kepompong yang bisa hidup subur dari hasil olahan limbah Sampah Organik Dapur (SOD), seperti sayuran, buah-buahan, sisa makanan, dan lainnya. Satu sendok ulat Maggot bisa mengelola 80-150 Kg sampah selama 21 hari," terang Resi.

SOD itu didapatkan dari pasar terdekat, bahkan diantar langsung masyarakat di sekitar komplek tempat tinggalnya. Setiap bulannya MinaGot Sumbar bisa mengelola hingga 10,6 ton. Dari SOD yang dikelola, berhasil memproduksi beragam olahan Maggot, yakni Maggot kering, Maggot sangrai, tepung, pelet ikan, hingga Ecco Enzim.

Kendati begitu, Ibu Maggot biasa dia dipanggil ini, tak menampik awal-awal merintis sampah yang dikumpulkan memang berbau tak sedap. Tapi setelah menggandeng pakar teknik lingkungan, sampah yang diolah kini bahkan tidak mengeluarkan bau lagi.

Kini, MinaGot Sumbar terus memberikan edukasi pembudidayaan Maggot kepada masyarakat. Selain targetnya untuk terciptanya integratif farming, juga memberi peluang sirkular ekonomi. Pasalnya, MinaGot Sumbar ini juga sekaligus mengajak masyarakat beternak ayam, hingga budidaya ikan.

"Ini tak ternilai lagi, karena ada nilai konservasinya, nilai lingkungannya, dan ada nilai ekonominya. Masyarakat bisa jual produk Maggot bisa ke peternak ayam, ikan, atau burung kicau. Jika ayam dan ikan berhasil, dikonsumsi, juga bisa mengurangi stunting," jelasnya.

Berkah Cuan

Atas kegigihannya menjaga lingkungan, warga Komplek Bukit Belimbing Indah, Kuranji Padang ini mendapat banyak berkah. Tak hanya lingkungan yang bersih, tapi juga ada nilai jual yang berpotensi menghasilkan cuan bagi masyarakat.

Terlebih lagi, MinaGot Sumbar yang dirintisnya ini mendapat dukungan dari PT PLN (Persero). Pasalnya, yang awalnya hanya mampu mengelola 10,6 sampah organik per tahun, kini mampu mengelola sampah 18,6 ton sampah organik per tahun, atau hingga 1,7 ton setiap bulan.

"Sejak.dibantu PLN, peningkatan di Maggot Sumbar sekitar 40 persen. Masyarakat juga tambah antusias untuk berpartisipasi, sampah organiknya diantar ke sini, misalnya digantungnya di pagar kita," tutur Resi.

Diakui General Manager PLN UID Sumbar, Eric Rossi Priyo Nugroho, dukungan yang diberikan ke MinaGot Sumbar ini dalam bentuk peralatan pendukung. Mulai dari kandang ayam, mesin penepung, mesin penetas, timbangan digital, hingga alat pengelolaan sampah organik senilai Rp200 juta.

"Memang ini baru dibantu PLN sejak 2022 lalu senilai Rp93 juta, dan sekarang Rp200 juta dalam bentuk peralatan," kata Eric usai penyerahan bantuan secara simbolis di lokasi.

Menurutnya, bantuan yang diberikan merupakan dana Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL). Dengan harapan bisa terus berkembang, dan terus komitmen dalam pengurangan volumen sampah. Selain itu, makin mandiri, dan berdampak positif pada perekonomian masyarakat ke depannya.

Bantuan TJSL ini juga sangat diharapkan bisa menuntkas  merk dagang, kemasan, dan izin usaha MinaGot Sumbar. Termasuk bisa mengakomodir studi tiru Kelompok Budidaya Maggot BSF ini ke peternak ayam, atau budidaya ikan yang telah berhasil.

"Jadi ini dua kali dapatnya, lingkungan terjaga dari sampah, produknya juga bisa ekonomi masyarakat juga bisa meningkat.  Produknya bisa dijual ke peternak ayam, hingga budidaya ikan," jelasnya.

Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy sangat mengapresiasi PLN yang ikut dalam gerakan masyarakat pemerhati lingkungan. Terlebih MinaGot Sumbar ini fokus dalam mengurangi volume sampah organik yang berasal dari lingkungan pemukiman masyarakat langsung.

Sebelumnya, dia pernah menyampaikan timbunan sampah di Sumbar mencapai 873.156,58 tom per bulan. Artinya rata-rata ada sekitar 2.392 ton timbunan sampah per hari, yakni 70 persen organik dan 28 persen anorganik, serta 2 persen sampah berbahaya atau beracun (B3).

Jumlah timbunan sampah yang mengkhawatirkan itu bisa dikurangi dengan gerakan lingkungan MinaGot Sumbar. "Kita juga tentu sangat mengapresiasi PLN yang memberi bantuan, apalagi ini soal pengelolaan sampah tingkat paling bawah (RT)," ujar Audy.

Selain berdampak pada kebersihan lingkungan, MinaGot Sumbar berhasil membuat beragam produk Maggot yang bernilai jual. Mulai dari pakan ternak, seperti ayam, burung kicau, hingga pakan ikan. Sementara sampah yang tidak oleh Maggot diolah menjadi eco enzim yang bisa digunakan untuk pupuk.

"Semoga bantuan yang diberikan PLN bisa terus meningkat produktivitas, sekaligus juga percontohan dan edukasi bagi seluruh masyarakat Sumbar. Sebab lingkungan bisa terjaga, bebas sampah, bukan hanya segi kesehatan, tapi juga ekonomi juga bisa membaik," tambahnya.

Bukan hanya soal cuan, kehadiran MinaGot Sumbar juga disambut baik masyarakat setempat karena lingkungan lebih bersih. Pasalnya, sebelumnya lingkungan di Komplek Bukit Belimbing Indah ini tak terawat, dan tempat pembuangan sampah cukup jauh.

"Dulu buang sampah di penampungan, lumayan jauh. Sekarang cukup antarkan ke MinaGot Sumbar. Hasilnya bisa untuk pakan ayam, ikan, dan pupuk. Lingkungan jadi bersih, nyamuk tidak ada lagi," ungkap pensiunan ASN, Admon Dantes (61), yang kini selaku Pengurus Musalla setempat.

180