Jakarta, Gatra.com – Warga sekitar rel kereta api di Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat (Jakpus), melakukan aksi demontrasi meminta Suku Dinas (Sudin) Perhubungan DKI Jakarta membuka pagar pembatas rel yang dibangun 2017 silam.
Warga dan pelaku usaha di sejumlah ruko serta perkantoran membentangkan spanduk tulisan meminta Sudin Perhubungan DKI Jakarta membongkar pagar pembatas tersebut.
Warga menilai penutupan tersebut tidak efektif mengurangi kemacetan. Alasan adanya jalan underpass yang sudah dibangun untuk mengurangi kemacetan, bukan merupakan solusi karena kemacetan tetap saja terjadi di jalan tersebut.
Warga juga menilai bahwa penutupan jalan yang melewati rel kereta api sejak 6 tahun lalu tersebut tidak disosoalisasikan terlebih dahulu kepada wagra dan pelaku usaha yang memiliki tempat usaha di dekat rel.
Warga hanya menerima pemberitahuan dari Sudin Perhubungan bahwa penutupan itu hanya uji coba, namun sudah bertahun-tahun berlangsung tidak ada kejelasan mengenai status pemasangan pagar pembatas rel kereta tersebut.
Dendy, salah satu perwakilan warga yang tinggal di sekitar rel kereta Jalan Angkasa, meminta agar Sudin Perhubungan segera membuka pagar pembatas rel kereta api.
“Warga di Jalan Angkasa Raya menginginkan jalan dibuka kembali seperti sedia kala karena janji dari pemerintah bahwa mengevaluasi penutupan ini, tetapi sampai sekarang belum ada kabar berita,” ujarnya.
Ia menyampaikan, warga melakukan aksi damai karena penutupan tersebut mengganggu perekonomian dan kemacetan tetap saja terjadi, walaupun sudah ada underpass.
“Kami tidak bisa mencari nafkah. Pedagang-pedagang kecil yang tadinya berjualan di sekitar sini, sesudah jalan yang melalui rel ditutup, maka aktivitas perdagangan menjadi sepi, akibat jalan menjadi sepi,” ujar Dandy.
DS, salah satu pengusaha di sekitar rel Jalan Angkasa menyampaikan hal senada. Ia mengatakan, awalnya jalan ditutup agar kendaraan melewati underpass karena di jalan atasnya macet.
Menurutnya, penutup jalan tersebut sia-sia karena tetap saja macet. Ia mengaku tidak tahu kalau jalan ini ditutup permanen. Pasalnya, tidak ada musyawarah terlebih dahulu antara pihak pemerintah dengan warga.
“Jalan di sini menjadi sepi, ya mau jual ruko-rukonya saja sulit, untuk melakukan aktivitas dagang sulit karena menjadi sepi,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa omset para pedagang dan pelaku bisnis di sekitar jalan terdampak penutupan itu turun 50% sampai 60% karena orang segan lewat. Pasalnya, untuk sampai di lokasi mesti menempuh jalan memutar terlebih dahulu.
DS mengaku heran karena di daerah dekat rel tersut, yakni Jalan Bungur, Pasar Senan, tetap dibuka. Sementara di Jalan Angkasa yang notabene jalan besar justru malah ditutup.
“Kami minta pemerintah memperhatikan kami selalu pelaku bisnis di daerah dekat rel kereta Jalan Angkasa ini,” ujarnya.
Kuasa hukum dari penghuni rukan dan ruko di Jalan Angkasa, Erdi Sutanto, mengatakan, warga buka mau melawan Pemda, namun harus ada kejelasan hukum mengenai penutupan jalan terusan di rel kereta Jalan Angkasa ini.
“Kami ingin mengajak Sudin Perhubungan Jakarta Pusat dan Pemda DKI Jakarta serta Kementerian Perhubungan agar dapat berdialog dengan warga, mendengarkan aspirasi warga,” ujarnya.
Erdi menyampaikan, pihaknya telah melayangkan surat kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia mengenai keluhan warga dan para pelaku bisnis di sekitar Jalan Angkasa. Warga meminta agar dilakukan dialog.
“Semoga direspons segera, selaku kuasa hukum dari penghuni ruko yang menyampaikan keluhan kepada kami. Sejak 2017, yang menutup jalan ini adalah dari Suku Dinas Perhubungan, mereka bilang ini hanya uji coba. Warga ingin ada evaluasi,” katanya.
Sedangkan untuk aksi damai yang telah berlangsung, Erdi menyampaikan, itu adalah murni warga yang tinggal di sekitar rel di Jalan Angkasa, serta penghuni ruko dan rukan yang ikut terdampak dari penutupan jalan selama 5 tahun.
“Perlu didengar aspirasinya oleh Pemda dan Sudin Perhubungan DKI Jakarta agar ada titik terangnya,” kata dia.