Yogyakarta, Gatra.com - Lembaga pemantau kinerja kepolisian, Jogja Police Watch (JPW), mempertanyakan keberadaan dari Polisi Rukun Warga (Polisi RW) saat peristiwa bentrokan massa di Jalan Taman Siswa (Tamsis) Kota Yogyakarta, Minggu (4/6) lalu.
"Padahal keberadaan polisi RW diharapkan dapat mencegah gangguan keamanan dan ketertiban masyatakat atau kamtibmas," kata Baharuddin Kamba, Kadiv Humas JPW, Kamis (8/6).
Menurut Kamba, keberadaan Polisi RW seharusnya dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan kamtibmas termasuk bentrokan massa di Kota Yogyakarta, apalagi ada massa diduga dari luar DIY dengan jumlah massa yang banyak.
"Sebab Polisi RW ini berasal dari berbagai kesatuan, misalnya dari Intelkam, Reskrim, dan Narkoba. Seharusnya dapat mencegah secara dini agar peristiwa serupa tidak terulang kembali," tuturnya.
Ia pun menyatakan, karena bentrokan massa di Kota Yogyakarta pada Minggu lalu tersebut, Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabarhankam) Polri Komjen Pol Fadil Imran seharusnya dapat segera melakukan evaluasi terhadap keberadaan Polisi RW di Yogyakarta.
"Evaluasi penting dilakukan oleh Komjen Pol Fadil Imran agar keberadaan Polisi RW di Yogyakarta ini dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Yogyakarta," katanya.
Selain itu, langkah ini dinilai dapat membuat keberadaan Polisi RW tidak tumpang tindih dengan Bhabinkamtibmas, yakni dengan memperkuat SDM-nya atau menambah jumlah personel Polri di tingkat kelurahan atau desa.
"Dengan harapan kerja-kerja Bhabinkamtibmas di tingkat desa atau kelurahan lebih optimal ketimbang membentuk Polisi RW," ujarnya.
Sebelumnya JPW juga mempertanyakan kinerja Polda DIY. "Mestinya tidak lengah dalam pengaman dan pengawalan apalagi dengan massa yang cukup besar. Kenapa massa yang dengan jumlah yang cukup besar itu bisa masuk ke titik wilayah Kota Yogyakarta," tutur Kamba.
Menurut dia, hal ini harus dievaluasi secara total dan tuntas oleh pihak kepolisian Polda DIY. "Agar insiden serupa tidak terulang kembali di Yogyakarta," tandasnya.
Pada Minggu (4/6), kerusuhan pecah di sejumlah lokasi di Yogyakarta, terutama di Jalan Tamansiswa. Hal itu dipicu bentrokan dua kelompok massa yang dilatari kasus hukum yang dialami anggota salah satu kelompok sepekan sebelumnya.
Akibatnya, sejumlah kendaraan dan fasilitas umum, termasuk Museum Ki Hadjar Dewantara, rusak. Beberapa orang juga mengalami luka dan warga didera ketakutan. Polisi telah mengevakuasi ratusan anggota salah satu kelompok untuk keluar dari lokasi rusuh.
Belakangan, perwakilan dua kelompok ini menyatakan telah berdamai di depan polisi. Hingga kini belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka atas kerusuhan ini.