
Jakarta, Gatra.com - Pencapaian dan penanganan kasus hutan adat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) masih belum maksimal. Wamen LHK, Alue Dohong mengakui bahwa proses ini memang butuh akselerasi karena progres saat ini baru mencapai sepuluh persen dari target.
"Pemetaan peta indikatifnya sudah 1 jutaan hektar yang kita indikatifkan sebagai hutan ada. Tapi, yang sudah keluar SK-nya baru sekitar 153.322 hektar," ucap Wamen LHK, Alue Dohong dalam Diskusi Publik Inkuiri Adat oleh Komnas HAM di Jakarta, Senin (05/6).
Berdasarkan data dari KLHK, capaian tersebut terdiri dari 108 unit hutan adat dan manfaatnya dirasakan oleh 51.312 KK. Saat ini juga sedang diproses 16 SK hutan adat di Kalimantan Tengah. Area ini luasnya kira-kira 130 ribu hektar.
"Dari yang disampaikan Komnas HAM kepada KLHK, itu ada 40 kasus. Dari 40 kasus, 28 berada di kawasan hutan, 12 (kasus sisanya), berada di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL)," jelas Wamen.
Dalam pemaparannya, 12 kasus ini diarahkan oleh KLHK agar bisa diurus oleh kementrian atau aparat yang lebih berwenang. Misalnya, kementerian ATR/BPN atau pemerintah daerah setempat. Wamen juga menjelaskan, dari 28 kasus di kawasan hutan, 13 konflik sudah ditangani. 15 konflik dalam proses identifikasi dan asesmen.
Komisioner Komnas Perempuan Periode 2015-2019, Saur Tumiur Situmorang menanggapi upaya KLHK dalam penanganan kasus-kasus ini. Saur mengatakan, konflik kehutanan adat di Indonesia ini terjadi masif dan terstruktur.
"Kami mau sampaikan juga kepada KLHK, bukan cuma yang 40 itu yang perlu ditangani, tapi ada ratusan kasus lain bahkan ribuan di Indonesia," ucap Saur dalam acara yang sama meski Wamen LHK sudah tidak ada di ruangan karena ada agenda lain.
Saur pun menegaskan, 40 kasus yang disebutkan oleh Wamen di awal tadi hanya sepuluh persen dari catatan yang dimiliki Komnas HAM dan Komnas Perempuan. Saat ini ada sekitar 400 kasus yang didampingi bersama para organisasi nirlaba seperti Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
"Tapi, banyak yang tidak didampingi karena tidak tahu, takut barangkali, belum tahu di mana harus mencari pertolongan," kata Saur lagi.