Kulonprogo, Gatra.com – Dibanding dari daerah lain, pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) baik yang pulang meninggal maupun sehat telah kehilangan satu ginjalnya.
Tiga tahun terakhir, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat ada 1.900 kematian PMI yang didominasi dari negara Malaysia dan Timur Tengah.
“Ada keanehan pada para pekerja migran asal NTT. Saat mereka pulang dalam kondisi sehat maupun meninggal, rata-rata ginjalnya hilang satu. Saya tidak tahu penyebabnya dan sangat miris,” kata Sekretaris Utama BP2MI, Rinardi, Kamis (1/6) di Yogyakarta International Airport (YIA).
Rinardi datang ke Yogyakarta mewakili Kepala Benny Rhamdani untuk peluncuran Lounge VVIP PMI di YIA. Tempat ini area tunggu khusus bagi PMI yang akan berangkat atau pulang dari luar Indonesia. Harapannya, PMI aman ketika akan berangkat atau pulang di wilayah bandara sampai tujuan.
Soal kondisi PMI asal NTT, Rinardi mengaku tidak tahu penyebabnya. Namu, data dari lapangan menyatakan PMI yang kehilangan ginjal ini sebelumnya berangkat secara non-procedural alias illegal.
“Di sana mereka mungkin menjual ginjalnya atau mungkin dimanfaatkan perdagangan organ tubuh. Kita tidak tahu. Tapi umumnya hanya terjadi di pekerja migran asal NTT, tidak dengan daerah lainnya,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, BP2MI mencatat dalam tiga tahun terakhir telah menangani kedatangan 1.900-an pekerja yang meninggal. Mereka didominasi datang dari Malaysia dan Timur Tengah yang umumnya disiksa, kelelahan karena bekerja tanpa batas, dan sakit.
Kondisi inilah yang kemudian dilaporkan ke Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD untuk dilakukan langkah-langkah pencegahan atas pengiriman PMI ilegal mulai dari tingkat bawah.
Terkait dengan Lounge VVIP PMI di YIA, Rinardi menegaskan inilah bentuk kehadiran negara bagi penyumbang devisa terbesar kedua setelah migas itu. Kiriman uang ke dalam negeri dari PMI mencapai Rp159,6 triliun per tahun.
“Bagaimana mungkin negara menafikan atau menihilkan apa yang sudah mereka sumbangkan ke negara dengan pelayanan tidak optimal. Kami juga menyediakan ruang informasi serta menyediakan jalur khusus keberangkatan maupun kedatangan di YIA,” lanjutnya.
Kehadiran Lounge PMI di YIA merupakan yang ketujuh setelah Medan, Jakarta, Bali, Semarang, Surabaya, NTB, dan Bali.
General Manager YIA dari PT Angkasa Pura I, Bambang Triyono, menyebut kehadiran Lounge VVIP PMI dari BP2MI akan semakin menambah nilai bagi bandara.
“Pasalnya semua kedatangan internasional itu datangnya malam hari. Dengan posisi di pintu kedatangan, area ini bisa dimanfaatkan oleh PMI dari Kebumen, Cilacap, Wonosobo, maupun lainnya untuk beristirahat dan menjadi filter tindakan pidana yang mengancam mereka,” jelasnya.