Home Ekonomi Siswono: Wisudawan UP Harus Optimistis soal Lapangan Kerja

Siswono: Wisudawan UP Harus Optimistis soal Lapangan Kerja

Jakarta, Gatra.com – Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (UP) Jakarta, Siswono Yudo Husodo, mengatakan, para wisudawan, khususnya dari UP harus optimistis soal lapangan kerja meski tiap tahun jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak.

“Setiap tahun, kita menghasilkan ribuan sarjana. Dan ini menuntut lapangan kerja. Para mahasiswa yang lulus sekarang ini patut optimis mengenai masa depannya dan masa depan negara kita,” katanya.

Siswono menyampaikan pernyatan tersebut dalam acara Wisuda Semester Gasal 2022/2023 UP di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, Selasa (30/5).

Ia menjelaskan, ribuan wisudawan dari perguruan tinggi swasta dan negeri, termasuk dari UP harus optimistis karena Pemerintahan Republik Indonesia (RI) pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meletakkan arah yang tepat bagi masa depan negara ini.

“Penguasaan sumber daya alam yang diambil alih negara, Freepot sekarang negara jadi mayoritas [pemegang saham] 51% semula hanya 9%. Sumber-sumber pertambangan yang besar diambil alih negara, Blok Rokan, Blok Mahakam,” ujarnya.

Berbagai kebijakan, di antaranya di sektor pertambangan, yakni tidak boleh lagi mengeskpor barang mentah karena harganya murah. Untuk itu, wajib mendirikan smelter untuk mengolah hasil pertambangan.

“Kita tidak lagi menjadi eksportir barang mentah yang murah, tetapi kita menjadi eksportir bahan setengah jadi dan barang jadi yang nilai tambahnya sangat tinggi,” ujarnya.

Kebijakan lainnya, soal pencegan dan penindakan pencurian ikan oleh kapal ikan asing di laut Indonesia yang sebelumnya marak dilakukan, juga telah memberikan kontribusi pemasukan signifikan bagi negara.

“Berbagai kebijakan itu membuat ekspor meningkat, cadangan devisa menguat, dan nilai rupiah stabil,” ujarnya.

Kemudian, pembangunan infrastruktur yang masif, di antaranya jalan raya, jalan tol, pelabuhan, bandara, hingga internet sampai ke desa-desa telah membuat Indonesia menjadi ekonomi yang mahal.

Wisuda Universitas Pancasila (UP) Jakarta semester gasal 2022/2023. (GATRA/Iwan Sutiawan)

“Semua efisien. Dana desa Rp1 miliar per desa per tahun telah digunakan oleh pimpinan di desa untuk membuat dan memperbaiki jalan-jalan desa, irigasi, dan lain-lain,” ujarnya.

Menurut Siswono, kebijakan tersebut sudah tepat. Hanya saja, ini perlu keberlanjutan dan peningkatan pembangunan baik dari sisi kualitas dan kuantitas. Terlebih lagi, kalau melihat Produk Domestik Bruto (PDB)-nya, Indonesia adalah nomor 15 di dunia. Tahun 2030 diprediksi sudah bisa menjadi negara nomor 8 di dunia sebagaimana disampaikan IMF, Bank Dunia, dan sejumlah lembaga lainnya.

Pada tahun 2024 mendatang, Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Pada tahun tersebut Indonesia diprediksi masuk 4 besar negara di dunia setelah China, Amerika Serikat (AS), dan India.

“Dalam kondisi seperti itu, para mahasiswa yang diwisuda sekarang ini patut bisa optimis mengenai masa depannya,” kata dia.

Meski demikian, kesempatan lapangan kerja itu tidak akan datang begitu saja. Mahasiswa harus terus meningkatkan kehaliannya di bidangnya masing-masing, karena teknologi terus berkembang semakin canggih. “Bersiaplah untuk bekerja keras dan cerdas mengikuti kemajuan zaman,” katanya.

Sementara itu, Rektor UP, Prof. Dr. Edie Toet Hendratno, S.H., M.Si., FCBArb., menyampaikan, pada wisuda kali ini, jumlahnya 974 orang wisudawan dan wisudawati dari program D3, S1, Apoteker, S2, dan S3.

Wakil Rektor Bidang Hukum, Kerja Sama, Humas, Ventura UP, Dra. Diennaryati Tjokrosuprihartono, M.Psi., mengatakan, pihaknya terus meningkatkan mutu lulusan, di antaranya dengan meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar negeri.

Selain itu, terus meningkatkan pembekalan nilai-nilai Pancasila. Ini sangat penting bagi generasi muda Indonesia agar tetap mempertahankan jati dirinya. Terlebih, Pancasila telah terbukti sangat positif dalam kehidupan dan berbangsa, bukan hanya di Indonesia tapi ketika hidup di luar negeri.

“Para diaspora kita di luar negeri, itu betul-betul mengakui dengan mengamalkan Pancasila, ternyata bisa survive dengan baik, bisa diterima, dan bisa berkarya. Begitu hebatnya nilai Pancasila,” katanya.

50