Jakarta, Gatra.com - Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengumumkan nama-nama penyelenggara aplikasi inovasi digital kesehatan yang masuk dalam skema regulatory sandbox dengan status diawasi. Kemenkes, Budi G. Sadikin, menyatakan, hal ini merupakan perluasan skema yang sebelumnya hanya untuk diterapkan di penyakit malaria, sekarang sudah merambah ke inovasi bisnis digital.
"Hari ini kami akan mengumumkan penyelenggara tele kesehatan yang telah terpilih untuk memasuki program regulatory sandbox dengan memberikan status diawasi," ucap Kemenkes melalui siaran yang diputar pada Health Innovation Day 2023, Selasa (30/5).
Nama penyelenggara Inovasi Digital Kesehatan Klaster Kesehatan dengan Status Diawasi di Regulatory Sandbox, antara lain Riliv, Medic+, Klinik Simas Sehat, Good Doctor, Naluri, mycinq sehat, Lifepack, Alodokter, Alomedika, Halodoc, Sehati TeleCTG, Getwell, FitHappy, Cexup, SIRKA, SehatQ.
Menkes menyampaikan harapannya agar mereka yang belum mendaftar bisa segera berpartisipasi dalam program regulatory sandbox ini.
"(Partisipasi) untuk mendapatkan manfaat kerja sama dan pembinaan langsung dari Kemenkes,” kata Budi.
Menkes juga mengucapkan selamat bagi para pemenang program Health Innovation Sprint Accelerator. Para pemenang akan mendapat komitmen investasi dengan nilai total Rp2,5 miliar dalam bentuk convertible notes. Para pemenangnya adalah Fatkilla, CoFilm+, Healthpro, Neurabot, Gizi Nusantara, Nexmedis, Pathgen, RADScan, Sepsis 360, dan Vinera.
Kemenkes juga mengumumkan tujuh startup yang berhasil melalui program Fight for Access Accelerator. Mereka akan dana hibah senilai US$25.000 (atau sekitar Rp374 juta) per startup. Para pemenang ini antara lain, Neurabot, Primaku, Littlejoy, PedisCare, Riliv, Kita App, dan Lovecare.
"Saya berharap, tidak hanya untuk para pemenang, namun juga untuk para inovator yang telah berpartisipasi agar terus berkolaborasi dan berinovasi," tutup Menkes Budi.