Tbilisi, Gatra.com - Wakil Menteri Luar Negeri Georgia Alexander Khvtisiashvili mengatakan Kedutaan Besar Georgia berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka perayaan hari Kemerdekaan Georgia, dengan menyalakan lampu merah dan putih warna bendera Georgia di bundaran HI dan Monas, di Jakarta malam ini di, Jumat (26/5).
“Pada tanggal 26 Mei, Georgia merayakan Hari Nasionalnya, yang menandai hari deklarasi kemerdekaan pada tahun 1918 dan berdirinya Republik Demokratis pertama,” katanya, dalam rilis persnya, diterima Gatra.com, di Jakarta, Jumat (26/5),
Khvtisiashvili mengatakan hari ini adalah hari yang sangat istimewa dalam sejarah Georgia, karena maknanya sebagai sebuah momen penentuan bagi kenegaraan modern Georgia dalam tiga ribu tahun sejarah panjangnya.
“Sayangnya, setelah 3 tahun kemerdekaan, pada tahun 1921, Georgia dianeksasi oleh Tentara Merah Soviet selama 70 tahun sampai di tahun 1991 Georgia kembali mendapatkan kemerdekaan meluncurkan perjalanan baru dalam transformasi demokrasi dan ekonomi,” katanya.
Khvtisiashvili mengatakan bahwa Indonesia dan Georgia membangun hubungan diplomatik pada tahun 1993, sesaat setelah Georgia meraih kemerdekaannya. Selama bertahun-tahun, kedua bangsa berusaha untuk meningkatkan kerjasama bilateral di berbagai bidang, termasuk politik, perdagangan, budaya dan pendidikan.
“Meskipun dengan jarak yang signifikan, keduanya telah berhasil membangun landasan saling menghormati dan kepentingan bersama,” katanya.
Dalam hubungan politik, lanjut Khvtisiashvili Georgia dan Indonesia telah terlibat dalam dialog dan bertukar kunjungan baik di tingkat pemerintahan maupun parlementer. Kunjungan-kunjungan dan pertemuan tingkat tinggi telah berperan penting dalam memupuk hubungan yang lebih dekat dan mempromosikan pemahaman di antara kedua negara.
“Walaupun jumlah perdagangan antara kedua negara masih relative rendah, berbagai upaya telah dilakukan untuk menjajaki jalan baru dalam kolaborasi ekonomi. Pertukaran budaya dan kontak orang-ke-orang juga telah berkontribusi dalam memperkuat hubungan Georgia-Indonesia,” katanya.
Dia mengatakan bahwa Georgia dan Indonesia memajukan kerja sama dalam format multilateral: kedua negara telah saling menunjukkan dukungan terhadap posisi satu sama lain dalam berbagai isu global dan berkolaborasi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta organisasi internasional lainnya untuk mempromosikan nilai-nilan dan berbagai kepentingan bersama.
“Yang terpenting, Indonesia menarik pelajaran berharga dan wawasan dari pengalaman Georgia dalam mentransformasikan pelayanan publik,” katanya.
Khvtisiashvili mengatakan pada tahun 2022, berlangsung kerja sama nota kesepahaman yang baru telah ditandatangani oleh Kementerian PAN dan RB RI dan Kementerian Kehakiman Georgia di bidang pelayanan publik. Untuk saat ini, Indonesia telah mendirikan sekitar 120 mal pelayanan publik di seluruh Indonesia mirip dengan Justice Hall Georgia, yang berfungsi sebagai hub terpusat di mana warga dapat mengakses berbagai layanan pemerintah dalam satu lokasi yang nyaman.
“Mengikuti perjalanan Georgia dalam meningkatkan pelayanan publik Indonesia dapat meningkatkan efisiensi, transparansi, keterlibatan masyarakat, serta kualitas pelayanan publik secara keseluruhan, yang pada akhirnya berkontrbusi dalam peningkatan tata kelola dan hasil yang lebih baik untuk masyarakat,” katanya.
“Selagi Georgia dan Indonesia menikami hubungan persahabatan, ada ruang untuk lebih memperdalam dan mendifersifikasi keterlibatan keduanya. Peningakatan kerjasama ekonomi, peningkatan kontak orang-ke-orang, dan menguatnya ikatan budaya dapat berkontribusi pada kemitraan yang komprehensif dan kokoh di antara kedua negara,” ujarnya.