Jakarta, Gatra.com - Pengurus Pusat Ikatan Alumni Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Alfatekelits) meluncurkan Deklarasi Garuda.
Deklarasi tersebut dilakukan saat penyelenggaraan acara Focus Group Discussion (FGD) Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan tema “Penguatan Nilai TKDN Terhadap Pembangunan Kapal di Indonesia” di Kementerian Perindustrian pada Rabu (24/5) kemarin.
Ketua Umum Ikatan Alumni FTK ITS, Gigih Retnowati mengatakan bahwa dalam Deklarasi Garuda, para pemangku kepentingan telah bersedia dan bersepakat secara sukarela untuk menyatakan kesamaan pemahaman.
“Pertama, Sebagai negara kepulauan yang besar maka Industri Maritim di Indonesia harus menjadi penggerak perekonomian bangsa.” ujar Gigih kepada Gatra.com, Kamis (25/5).
Pokok pemahaman kedua, lanjut Gigih, penguatan ekosistem industri maritim harus selalu diperhatikan melalui usaha-usaha bersama untuk meningkatkan kemampuan produk dalam negeri yang berkualitas dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan industri maritim.
Gigih mengungkapkan, deklarasi tersebut dinamakan sebagai Deklarasi Garuda karena dilahirkan di dalam ruangan yang bernama Garuda di Gedung Kementerian Perindustrian. Dalam acara itu, turut hadir sebagai pembicara kunci Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier.
Kegiatan diskusi ini, jelas Gigih, juga sebagai bagian perwujudan visi ALFATEKELITS untuk menjadi yang terdepan sebagai wadah dinamika dan aktivitas alumni FTK untuk meningkatkan peran ITS di dalam pembangunan maritim di Indonesia. Melalui kegiatan ini pula, pengurus wilayah Jabodetabek Alfatekelits berusaha untuk melaksanakan amanat tujuh prinsip dasar program kerja yang lebih terkenal dengan sebutan Sapta Andhika Sabda Samudra.
“Sapta Andhika Sabda Samudra terdiri dari tujuh prinsip dasar program kerja sebagai penerjemahan visi dan misi organisasi ini.” ujar Gigih.
Gigih menguraikan tujuh prinsip program kerja tersebut adalah kebersamaan, digitalisasi, profesionalisasi, keselarasan, pengabdian, inkubasi bisnis, dan kajian keilmuan.
“Tugas mulia telah diemban, tidak ada jalan lain untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia selain bersatu padu untuk mewujudkannya. Semoga peran serta kita ini tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia dan dapat dikenang oleh generasi penerus kita sebagai sebuah legasi,” tutur Gigih.