Gorontalo, Gatra.com - Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri menjadi forum strategis untuk menumbuhkan kesadaran yang tinggi sekaligus memperkuat praktik moderasi beragama di kalangan mahasiswa.
Lewat ajang ini, mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia bisa berinteraksi langsung dan mendialogkan berbagai persoalan keagamaan secara santun dan terbuka.
Pandangan tersebut mengemuka dalam Diskusi bertema “Penguatan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi” yang digelar dalam rangkaian kegiatan PWN ke-XVI di Kampus 2 IAIN Sultan Amai Gorontalo, Selasa (23/5).
Baca Juga: Buka PWN 2023, Menag: Pramuka PTKN Harus Adaptif Rawat Keberagaman dan Perdamaian
Diskusi yang diikuti ratusan mahasiswa perwakilan kontingen PWN ini menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Chamami Zada, Instruktur Nasional Moderasi Beragama Pusat Thobib Al-Asyhar, dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja Ismail Banne Ringgi.
Menurut Chamami Zada, mahasiswa kampus keagamaan di bawah lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) memiliki peran besar dalam mewujudkan kehidupan beragama di Indonesia agar semakin harmonis.
“Selain didukung pengetahuan keagamaan yang matang, mahasiswa memiliki berbagai model pendekatan dalam interaksi kepada masyarakat,” ungkapnya.
Atas dasar itu, katanya, sudah saatnya mahasiswa atau kampus di bawah Kemenag menjadi penggerak depan dalam upaya menjaga beragama lewat dialog lintas agama.
“PWN menjadi ajang strategis dalam mengokohkan kesadaran beragama para mahasiswa. Ini tak berlebihan sebab di ajang nasional ini ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi keagamaan berkumpul dalam satu tempat dan kegiatan,” tegasnya.
Di ajang ini, katanya, para anggota Pramuka diajak dan mempraktikkan sikap keberanian. Berani untuk berkomunikasi dan berdialog dengan peserta lain yang berbeda keyakinan. “Kita harus biasakan dialog. Jangan sedikit-dikit takut dengan penganut agama lain,” tegasnya.
Sementara Thobib Al-Asyhar mendorong mahasiswa untuk menjadikan agama sebagai sarana inspirasi dalam mewujudkan kehidupan yang damai.
“Upaya ini bisa dilakukan jika seseorang memiliki pengetahuan dan kesadaran bersama bahwa hakikatnya agama mengajarkan kebaikan bagi siapapun dan di manapun. Agama bertujuan membentuk pribadi yang beriman dan berbudi mulia atau akhlakulkarimah,” jelasnya.
Berbuat baik kepada siapapun, tegasnya, tidak akan mengurangi iman seseorang. “Justru itu jadi bagian penguat dalam kehidupan keagamaan di tengah masyarakat," kata Thobib yang juga pengajar Pascasarjana Universitas Indonesia (UI).
Dengan kesadaran beragama yang kuat, Thobib optimistis, agama akan akan diposisikan di ruang dan jalan yang benar. Masyarakat pun akhirnya tidak akan mudah dipengaruhi oleh kelompok tertentu yang berupaya memanfaatkan isu agama untuk kepentingan sempitnya seperti politik identitas dan sebagainya.
“Sekali lagi agama harus jadi sarana inspirasi baik dalam berpolitik dan kehidupan bermasyarakat,” imbuhnya.
Kegiatan diskusi tentang moderasi beragama mendapat sambutan positif dari para kontingen PWN. Inda Ayu Putri, mahasiswi IAIN Palopo mengaku senang karena banyak mendapatkan pemahaman baru tentang relasi beragama yang baik dengan penganut agama lain.