Tapanuli Tengah, Gatra.com - Sekitar dua ribuan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Tapanuli Tengah (AMP-TT) melakukan demonstrasi di Gedung DPRD Tapteng, Jalan Raja Junjungan Lubis, Pandan, Senin (22/5/2023).
Mereka mendesak Menteri Dalam Negeri (Mendagri) mencopot Elfin Ilyas Nainggolan dari jabatannya sebagai Pejabat (Pj) Bupati Tapteng.
Massa yang dikoordinir Joko Pranata Situmeang, Demakson Tampubolon, Ronald Pakpahan, Dennis Simalango, Daniel Lumban Tobing, Raju Firmanda Hutagalung, Rudolf Siagian, dan lainnya itu, menilai Elfin gagal melaksanakan tugas pemerintahan, seperti menindak tegas pelaku ilegal fishing yang merugikan nelayan kecil dan melaksanakan Upah Minumum Kabupaten (UMK) sesuai Undang-Undang (UU) No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Kemudian, Elfin juga dinilai tidak mampu mengatasi persoalan permasalahan (penyerobotan) lahan yang masih marak dan menindas masyarakat kecil Tapteng, serta mengatasi persoalan pengurusan administrasi di kantor Pemkab Tapteng, seperti di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Capil).
Selain dinilai gagal melaksanakan tugas pemerintahan, Elfin juga dinilai gagal dalam menjaga sikap dan netralitasnya menjelang tahun politik di Tapteng. Elfin diduga memberikan ruang kepada salah satu ketua partai politik dan dalam berbagai kegiatan pemerintahan di Tapteng.
Massa yang datang dengan membawa berbagai tulisan spanduk dan poster penolakan terhadap Pj Bupati Tapteng Elfin Ilyas di Gedung DPRD itu untuk menyampaikan langsung tuntutan mereka kepada anggota DPRD Tapteng guna diteruskan kepada Mendagri.
Namun ironi, tidak seorang pun dari 35 anggota DPRD Tapteng yang berkenan menerima kehadiran massa. Bahkan ke-35 anggota DPRD Tapteng itu kabarnya tidak berada di gedung terhormat, termasuk Sekretaris DPRD Tapteng.
"Fakta sekarang, hari ini kita lihat 35 DPRD saat ini tidak ada di sini. Kami menduga keberpihakan anggota DPRD tidak lagi bersama rakyat Tapteng. Buktinya, saat ini tidak ada satu orang pun anggota DPRD yang hadir," kata Dennis Simalango dan Raju Firmanda Hutagalung dalam orasi mereka secara bergantian dalam aksi itu.
Dennis dan Raju pun lantang dan tegas meminta kepada massa peserta aksi, termasuk masyarakat Tapteng untuk "berpikir" kembali memilih ke-35 anggota DPRD Tapteng yang ada sekarang itu. Keduanya menilai ke-35 anggota DPRD Tapteng tersebut sudah tidak merepresentasikan diri sebagai perwakilan rakyat.
"Sampaikan kepada keluarga terdekat kita, istri kita, suami kita, kakak kita, bahwa jangan takut. Sebagai momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei, Tapteng akan bangkit untuk Tapteng lebih baik," kata Dennis.
Nyaris Bentrok dengan Satpol PP
Aksi massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Tapanuli Tengah (AMP-TT) itu sempat tegang dan mencekam.
Selain mengusir salah seorang pria berpakaian batik dari lokasi aksi karena diduga sebagai penyusup, serta hampir saja merobohkan pintu pagar Gedung DPRD Tapteng karena tidak adanya anggota DPRD Tapteng yang mau menerima massa. Massa nyaris bentrok dengan personel Satpol PP di lokasi Kantor Dinas Pendpaatan Pemkab Tapteng yang berada di seberang Gedung DPRD Tapteng.
Peristiwa itu terjadi karena massa mendapat kabar bahwa ada oknum anggota Satpol PP Tapteng yang melontarkan perkataan "kotor" kepada massa. Tapi beruntung massa yang sudah emosi dan siap menyerang petugas Satpol PP berhasil dikendalikan oleh anggota kepolisian dan Brimob serta koordinator lapangan dan orator aksi Dennis Simalango.
Padahal sebelumnya, orator aksi Dennis Simalango dan Raju Firmanda Hutagalung, Daniel Lumban Tobing sudah "memagari" massa agar tidak terpancing dengan kemungkinan akan adanya upaya-upaya provokasi yang sengaja diciptakan/dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang menginginkan agar aksi AMP-TT tidak berjalan damai.
Dennis pun dalam orasinya terhadap masalah itu, memastikan pihaknya akan melaporkan kasus dugaan "pelecehan massa" itu kepada pihak kepolisian.
"Kita pastikan, kita akan melaporkan oknum anggota Satpol PP Tapteng tersebut kepada pihak kepolisian," seru Dennis.
Setelah melakukan aksi selama kurang lebih empat jam, massa yang datang dari 20 kecamatan di Tapteng itu akhirnya menyudahi aksi. Namun sebelum meninggalkan lokasi, massa terlebih dahulu membersihkan sampah-sampah makanan dan minuman mereka yang berserakan di sepanjang lokasi aksi.