Home Ekonomi Klaim Green Bonds Melebihi Permintaan, Manajemen PGEO Enggan Lapor Otoritas

Klaim Green Bonds Melebihi Permintaan, Manajemen PGEO Enggan Lapor Otoritas

Jakarta, Gatra.com – Setelah didesak berbagai pihak, Manajemen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akhirnya buka suara tentang isu Oversubscribed Green Bonds atau melebihi permintaan obligasi berwawasan hijau senilai US$400 juta. Namun disayangkan Manajemen PGEO merasa tidak perlu melaporkan hasil rilis surat utang luar negeri tersebut kepada self-regulation organization (SRO), baik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), maupun Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

“Proses itu bukan merupakan informasi materiil yang wajib kita laporkan kepada regulator dalam bentuk keterbukaan informasi,” papar Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Adriansyah beberapa waktu lalu.

Isu kelebihan permintaan green bonds PGEO muncul dari anonim investment. Pernyataan investment banker anonim tersebut lantas di tanggapi oleh beberapa kalangan antara lain DPR, pengamat dan analis pasar modal.

Namun belakangan muncul rilis media dari pesan elektronik perseroan soal klaim oversubscribed. “Terkait informasi itu bisa dicek kepada joint lead underwriters,” ujarnya.

Rumor kelebihan permintaan dalam penerbitan green bonds PGEO muncul setelah cucu usaha Pertamina tersebut memangkas target emisi dari US$600 – 800 juta menjadi hanya US$400 juta. Padahal kelebihan permintaan diklaim mencapai 8,25x mencapai US$3,3 miliar.

Saat ini, paparnya, PGEO tengah menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan kupon 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada 2028.

PGEO bakal menggunakan dana hasil emisi obligasi untuk melunasi seluruh sisa utang jangka pendek sebesar US$600 juta yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023. Namun, perseroan hanya memangkas nilai emisi obligasi sebesar US$400 juta dari targer sebelumnya US$600-800 juta. “Seluruhnya untuk bayar utang.”

Sementara itu, dalam laporan keuangannya perseroan menyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai US$424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.

Pada saat bersamaan, total utang PGE tercatat mencapai US$943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar US$615,58 juta.

43