Jakarta, Gatra.com — Manajemen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diminta untuk segera memberikan pernyataan resmi terkait hasil penerbitan surat utang berwawasan hijau (green bonds) yang ditawarkan ke pasar global senilai US$400 juta.
Pengamat Pasar Modal sekaligus CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto mengatakan manajemen PGEO seharusnya menyampaikan pemberitahuan resmi kepada pemegang saham, termasuk publik dan otoritas, meskipun green bond tersebut diterbitkan di luar negeri.
Hingga saat ini, paparnya, belum ada pernyataan resmi dari manajemen PGEO terkait dengan capaian tersebut. Informasi hanya dalam bentuk kabar kelebihan permintaan (oversubscribed) yang bersumber dari investment banker anonim.
“Mengingat ini informasi material yang dapat memengaruhi nilai dan pergerakan saham PGEO, seharusnya diumumkan sebagai bentuk keterbukaan,” kata dia dalam keterangannya, Jumat (19/5/2023).
Jika pernyataan terkait dengan kelebihan permintaan terhadap green bond tersebut benar adanya, papar Fendy, manajemen harus bangga mengungkapkannya. “Menurut saya harus ada pengumuman resmi sebagai kewajiban emiten, meskipun green bond di luar area Indonesia,” bebernya.
Bahkan Fendy menduga informasi ini sengaja dihembuskan ke publik agar perseroan dapat menambah modal melalui instrumen utang selanjutnya. “Karena seluruh proceed digunakan untuk melunasi pinjaman perseroan,” tuturnya.
Saat ini, ia menerangkan, PGEO tengah menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan kupon 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada tahun 2028.
PGEO bakal menggunakan dana hasil emisi obligasi untuk melunasi seluruh sisa utang jangka pendek sebesar US$600 juta yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023. Namun, perseroan hanya memangkas nilai emisi obligasi sebesar US$400 juta dari targer sebelumnya US$600-800 juta. "Seluruhnya untuk bayar utang."
Sementara itu, dalam laporan keuangannya perseroan menyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai US$424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.
Pada saat bersamaan, total utang PGE tercatat mencapai US$943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar US$615,58 juta.