Jakarta, Gatra.com - Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Vivi Yulaswati, menyebutkan dalam penerapan program kemitraan Indonesia dengan sejumlah negara maju melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) memiliki tantangan besar dalam pelaksanaannya.
Adapun, tantangan dalam dalam program kemitraan JETP yang merealisasikan kerjasama pendanaan transisi energi Indonesia ini kata Vivi, salah satunya adalah investor, dalam penerapan transisi energi untuk mewujudkan net zero emission pada 2060 mendatang membutuhkan pendanaan yang besar.
Dalam kemitraan JETP ini ada beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan negara lain yang tergabung dalam G7 telah berkomitmen untuk membantu pendanaan transisi energi di Indonesia, yang dananya mencapai US$20 miliar atau setara dengan Rp294,3 triliun (asumsi kurs Rp14.718 per US$).
“selama penyusunan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) kemarin yang pertama kita berbicara mengenai green investment. Melalui G20 kemarin kita bicara mengenai kolaborasi dengan negara lain, JETP juga sudah berkomitmen mudah-mudahan itu bisa diwujudkan dan dioptimalkan (kerjasama dengan negara yang tergabung dalam G7)” kata Vivi dalam acara diskusi publik di Bengkel Diplomasi Sekretariat FPCI, Jakarta Selatan pada Jumat (19/5/2023).
Kemudian tantangan yang tak kalah penting kata Vivi adalah mempersiapkan green jobs transition, atau pekerjaan yang berkontribusi dalam melestarikan atau memulihkan lingkungan.
“Kemudian yang paling sulit adalah mempersiapkan green job transition, negara kita akan menjadi negara berpenduduk terbesar ke enam, saat ini keempat nanti 2045 ke enam, tentu kita bicara tentang pendidikan, dan lain-lain,” kata Vivi.
Jika merajuk kepada batu bara, kata Vivi, pada 2021 lalu penerimaan negara dari batu bara melonjak, lebih dari 111%. “Tentunya kita harus memikirkan juga pendapatan kita dari provinsi-provinsi dan kabupaten yang kaya akan sumber daya tambang,” tambahnya.
Persiapan green jobs transition ini harus dipersiapkan dengan matang, terlebih di sektor batu bara, di kabupaten atau Provinsi yang memiliki kekayaan mineral yang melimpah seperti di pulau Sumatera dan Kalimantan. Vivi menyebut, walaupun Sumatera Selatan merupakan provinsi kedua yang memiliki kekayaan sumber daya batu bata terbesar di Indonesia ternyata angka kemiskinan di provinsi tersebut mencapai 11,95%.
“Tentu melalui JETP ini kita bisa gunakan untuk memberdayakan mereka dan menyiapkan transition jobs dari batu bara bese kemudian ke grey dan beralih kepada bersih,” katanya.
Nantinya, dalam hal persiapan green jobs transition kata Vivi akan dilakukan pelatihan, dan pendampingan yang akan dipersiapkan pemerintah dan swasta.