Jakarta, Gatra.com – Binus Business School Internasional meluncurkan program anyar International Digital Business atau Bisnis Digital untuk menyiapkan sumber daya manusia di bidang bisnis digital yang terus berkembang pesat.
Director Binus Business School International, Senayan, Andreas Chang, di Kampus The Joseph Wibowo, Jakarta, Sabtu (13/5), mengatakan, program studi anyar ini dibuka untuk menghadapi perubahan yang terus belangsung, termasuk di bidang bisnis.
“Misalnya perubahan yang terjadi sekarang itu adalah revolusi industri 4.0. Pasti, lambat atau cepat di mana mesin bicara dengan mesin,” katanya.
Andreas, mencontohkan, kalau produksi parfum. Botol yang akan diisi oleh parfum wangi flamboyan, maka botol tersebut akan mencari parfum yang wangi flamboyan. Teknologi terus berkembang pesat dan dapat diimplementasikan dalam bidang bisnis.
“5.0 itu kita ditemani berbagai peralatan teknologi yang canggih. Bangun dibangunkan oleh ranjang kita, dibangunkan oleh dinding kita, kita bisa bicara dengan dinding dan sebagainya, robot-robot di sekitar kita,” katanya.
Menurutnya, digital bisnis tersebut adalah keniscayaan dan sekarang sudah terjadi dan terus berlangsung. Secara global, angkanya sekitar US$ 6,8 triliun pada 2022. Adapun nilai di Indonesia jumlahnya akan mencapai US$124 miliar pada 2025.
Penerapan bisnis digital juga telah berlangsung di Indonesia, di antaranya munculnya sejumlah bank virtual dan bebagai aplikasi yang spesifik menggarap satu produk atau semua bidang bisnis. “Jadi bisnis makin hari makin digital,” katanya.
Untuk mengisi atau menangkap peluang tersebut diperlukan SDM yang mempunyai skill mumpuni dan dinamis. “Mahasiswa memerlukan skill-skill masa depan, tidak bisa lagi skill yang biasa-biasa. Misalnya, menurut forum ekonomi dunia, kemampuan berpikir yang baik, kreativitas, kemampuan teknologi, self skill digital, dan sebagainya,” kata dia.
Selain skill, lanjut Andreas, mahasiswa yang mengambil program tersebut mempunyai dua kentungan, yakni akan mendapat dua gelar, yakni dari Binus dan perguruan tinggi di luar negeri.
Pasalnya, lanjut dia, Binus International menggandeng sejumlah perguruan tinggi ternama di beberapa negara. Dua gelar tersebut dapat diraih dengan biaya relatif jauh lebih murah dibanding kuliah langsung di luar negeri.
“Kalau kuliah ke luar negeri Rp2,5-3 M dapat satu gelar, di sini kurang dari Rp1 M bisa dapat dua gelar. Kenapa relatif lebih irit, karena biaya hidup di sana [luar negeri] berbeda sekali,” katanya.
Senada dengan Andreas, Vice President Brand and Marketing PT Astro Technologies Indonesia, Evan Januli, jelang peluncuran Program Digital Bisnis dalam acara Redefening Business Through Technology, mengatakan, teknologi berkembang pesat, termasuk di bidang bisnis. Pengawinan teknologi dan bisnis membuat barang yang dibeli kian cepat sampai di tangan konsumen.
Business Development Consultant Persolkelly, Framkie Khristoforus, menjelaskan, peningkatan skill adalah keniscayaan, baik teknikal dan soft skill. Teknikal atau teknologi akan terus berkembang sehingga mahasiswa, misalnya harus mengerti IoT, seach engine optimization, data analis, dan lain-lain.
Ia mengatakan, ketika mempunyai satu atau banyak keahlian, misalnya web disainer, web development, dan lainnya, ketika susah mencari kerja setelah lulus kuliah, bisa membuat perusahaan sendiri.
Framkie juga menyarankan mahasiswa untuk magang dan aktif dalam organisasi. Menurutnya, magang merupakan poin plus karena mahasiswa akan mengetahui riil dunia kerja. Sedangkan berorganisasi akan melatih tim work dan leadership seseorang.
“Kemudian yang akan dicari company tidak hanya mihat IQ, tapi juga pada IQ dan EQ. Gimana mereka mengelola emosi ketika dapat presing, gimana mengelola itu,” katanya.