Jakarta, Gatra.com- JCI Nusantara, JCI Jakarta, JCI East Java, Yayasan Indriya, LSPR Institute of Communication & Business (LSPR Institute), London School Centre for Autism Awareness (LSCAA), Prana Satya Learning Center, Kouji Genki Project, Perempuan Tangguh Indonesia, dan didukung oleh komunitas disabilitas lainnya mengadakan Walk for Autism pada Hari Minggu (14/5). Rute jalanan bermula dari Gedung Kampus LSPR Sudirman Park - Area Sudirman dan kembali ke Gedung Kampus LSPR.
Perwakilan Asosiasi dan Komunitas, Juliana Cen yang juga merupakan seorang asperger dan ibu dengan anak kembar autis mengatakan, acara ini diselenggarakan untuk mendukung presensi para penyandang autisme dan disabilitas lainnya. "Kami percaya, ketika diberikan kesempatan yang sama, penyandang autisme dan disabilitas akan mampu menyalurkan kelebihannya masing-masing untuk mendorong semakin banyak inovasi," katanya di Jakarta, Jumat (12/5).
Kegiatan ini dilaksanakan karena didasari masih banyak isu sosial di tengah masyarakat, yang mengesampingkan kepentingan hak anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti kasus bullying, pelecehan seksual, penolakan, kekerasan pada anak dan diskriminasi sosial, adanya limitasi akses pendidikan dan kesempatan pekerjaan yang sama.
Baca juga: Mutasi Sperma Ayah Picu Autisme pada Anak
Melalui kegiatan ini secara konsisten untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum terhadap tumbuh kembang Anak Berkebutuhan Khusus dengan cara memahami, menerima, dan memberikan tempat yang layak serta kesempatan yang sama kepada ABK.
"Suatu inovasi yang betul-betul menghargai perbedaan, merangkul keberagaman, dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas secara inklusif. Ini bukan tentang kita, dia, atau mereka sebagai individu, tetapi tentang kita sebagai satu kesatuan masyarakat," paparnya.
Direktur London School Centre for Autism Awareness dan London School Beyond Academy, Chrisdina menyampaikan terkait kesadaran autisme dapat terbentuk jika seluruh lini masyarakat bekerja sama. "Perlu kerja sama dari semua bidang untuk dapat memberikan peluang individu autistik untuk menjadi bagian dari lingkungan sosial. Bertambahnya tahun menunjukan semakin banyak gerakan dengan tujuan yang sama yaitu membangun masyarakat inklusif," jelasnya.
Ketua Umum Yayasan Perempuan Tangguh Indonesia, Myra Winarko menyebut bahwa "Melalui “Walk for Autism”, Perempuan Tangguh Indonesia bersama berbagai lapisan masyarakat yang peduli mendukung upaya pemerintah untuk menyediakan fasilitas bagi penyandang disabilitas agar dapat berpartisipasi penuh secara ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Sehingga mereka dapat menikmati semua hak yang telah dijamin oleh UU.
Baca juga: Hong Kong Kembangkan Pemindai Retina Identifikasi Autisme
Selain itu, Tina Maladi sebagai Orang tua remaja Autistik & Founder PSLC & Kids Yoga Jakarta juga menyampaikan pentingnya penerimaan orangtua dalam memiliki anak berkebutuhan khusus. Orang tua merupakan pondasi utama. Sebelum berharap dan menyuarakan kesadaran autisme untuk masyarakat, maka perlu dipastikan orangtua menerima dan mendukung kehadiran buah hati.
"Sebagai orang tua dari anak autistik, saya mau share tips buat orang tua yang anaknya baru terdiagnosa Autism Spectrum Disorder. Biasanya ada rasa marah, sedih, denial dan itu boleh-boleh saja karena kita kan manusia biasa," ujarnya.
Yang terpenting, lanjut dia, jangan terlalu lama memiliki perasaan tersebut, sebab dengan demikian akan menjadi gambaran dengan kehilangan waktu untuk intervensi awal.
"Timbulkan rasa ingin tahu terhadap perilaku dan kondisi anak. Sehingga kita belajar mengerti tentang kondisi Autism Spectrum Disorder," kata Tina.