Jakarta, Gatra.com– Diplomasi “sentuh hati” Indonesia yang dijalankan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy ke Republik Vanuatu sukses berat. Hal itu terlihat dari sikap Vanuatu yang ingin kerja sama kedua negara diperluas, dan ingin ikut merasakan kemajuan Indonesia.
Maklum, berdasarkan analisis sejarah nama Vanuatu diambil dari bahasa Minahasa, wanua. Wanua sebutan orang Minahasa untuk negeri atau desa. Menilik namanya, Vanuatu boleh jadi dahulu merupakan negeri orang Minahasa.
“Pemerintah Republik Vanuatu berharap kemajuan yang telah dicapai Indonesia juga bisa ikut dirasakan oleh rakyat dan Republik Vanuatu,” ungkap Muhadjir setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Kamis dini hari (11/5) setelah menempuh menerbangan selama 14 jam dari Vanuatu untuk menyerahkan paket bantuan kemanusiaan.
Diplomasi “sentuh hati” dikemas dalam bentuk paket bantuan kemanusiaan ke negara di kawasan Pasific Selatan itu tanpa dipengaruhi sikap sangat keras Vanuatu dalam mendukung Gerakan Pembebasan Papua Barat (ULMWP) yang berarti tabrakan dengan Indonesia.
Paket bantuan kemanusiaan paket senilai Rp 7,12 miliar untuk itu untuk meringankan beban Vanuatu yang dilanda bencana alam Siklon Judy dan Kevin. Bencana yang terjadi pada awal Maret 2023 lalu tersebut mengakibatkan kerusakan infrastruktur, pencemaran sumber air, hingga kerusakan koneksi telepon dan internet.
Sekitar 5.000 orang dilaporkan mengungsi. Kerugian diperkirakan mencapai US$ 50 juta. Pemerintah Vanuatu menetapkan keadaan darurat dan meminta bantuan luar negeri.
Menko PMK Muhadjir Effendy tiba di Tanah Air beserta Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Ketua Komisi 8 DPR RI Ashabul Kahfi, serta jajaran delegasi kementerian dan lembaga.
Muhadjir mengatakan, kedatangannya di Vanuatu disambut dengan sangat antusias dan senang oleh Perdana Menteri Ishmael Kalsakau dan Menteru Luar Negeri Jotham Napat.
Dia langsung melakukan pertemuan bilateral untuk membicarakan tentang rencana penyaluran dan tindak lanjut dari bantuan-bantuan yang dibawa oleh pemerintah Indonesia. Termasuk di antaranya rencana pemerintah Indonesia yang akan ikut memperbaiki gedung VIP di Bandara Port Vila yang hancur akibat bencana Siklon.
“Semuanya berjalan dengan lancar. Mudah-mudahan ini adalah langkah yang bagus untuk pemerintah Indonesia, terutama dalam rangka mempererat hubungan kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Republik Vanuatu, dan juga dengan negara-negara Pasifik Selatan,” ungkap Muhadjir.
Kemajuan Indonesia
Lebih lanjut Muhadjir menerangkan bahwa pihak pemerintah Republik Vanuatu juga turut mengharapkan kerja sama yang lebih luas, termasuk di antaranya kerja sama dalam bidang ekonomi.
“Pemerintah Republik Vanuatu berharap kemajuan yang telah dicapai Indonesia juga bisa ikut dirasakan oleh rakyat dan Republik Vanuatu,” ungkap Mendikbud pada Kabinet Jokowi Jilid Satu ini.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto turut memberikan penjelasan bahwa selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia telah dua kali memberikan bantuan ke Republik Vanuatu. Satu di antaranya dilakukan pada tahun 2015 yang juga dilakukan pada saat bencana Angin Topan terjadi. Suharyanto menerangkan bantuan yang diberikan saat itu juga cukup besar, yakni senilai USD 2,2 juta.
“(Bantuannya) hampir sama. Ini membuktikan bahwa Indonesia tidak memandang negara manapun dan tidak terkait dengan hubungan diplomatik atau mungkin suara-suara yang tidak begitu mendukung kebijakan politik luar negeri Indonesia. Indonesia tidak melihat itu, ketika negara itu mengalami kesulitan dan meminta bantuan, kita berangkat,” tuturnya.
Paket bantuan inkind terdiri dari tenda pengungsi, tenda keluarga, generator, velbed, hygiene kits, sweater anak, jaket anak, jaket dewasa, perkakas tukang, rendang, paket sembako, lampu solar, dan gegaji mesin. Selain itu akan ada upaya bantuan untuk melakukan rehabilitasi gedung VIP Bandara Port Vila melalui Perusahaan BUMN PT PP (Persero) sebagaimana komitmen dan persetujuan dari Presiden Jokowi.