Jakarta, Gatra.com – Kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 juga memunculkan satu isu yang tak kalah penting. Yakni, siapa kandidat calon presiden (capres) yang menjadi suksesor dari kepemimpinan sebelumnya, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mulai mencuat anggapan bahwa capres, Ganjar Pranowo dianggap akan meneruskan "DNA" Pemerintahan Jokowi karena berasal dari gerbong partai yang sama, yakni PDI Perjuangan (PDIP).
Lebih jauh, muncul adagium yang dilontarkan oleh politikus bahwa capres Anies Baswedan menjadi antitesa dari kepemimpinan Jokowi. Anggapan tersebut menjadi sorot perhatian dari survei yang dilakukan oleh SMRC baru-baru ini dengan tajuk ”Keberlanjutan vs Perubahan; Persepsi Pemilih Kritis” yang dipresentasikan oleh Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dan disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV pada Selasa, 9 Mei 2023.
Survei yang dilakukan pada 2-5 Mei 2023 itu menguji kandidat yang dinilai publik memiliki kemiripan atau kedekatan visi dan program dengan presiden terdahulu. Hasil sigi survei SMRC terhadap tiga tokoh capres menyimpulkan, Ganjar Pranowo paling banyak dipercaya akan melanjutkan program pemerintahan Jokowi sementara Anies Baswedan lebih banyak dianggap akan mengubah kebijakan Pemerintahan Jokowi. Sedangkan, persepsi publik pada Prabowo Subianto dalam isu ini terbelah.
Sebanyak 58% responden menilai menilai Ganjar akan melanjutkan program Jokowi, yang menyatakan dia akan mengubah hanya 22%, dan masih ada 19% yang belum menjawab. Sebaliknya, ada 47% publik yang mempersepsi Anies akan mengubah kebijakan Jokowi jika terpilih menjadi presiden, yang menyatakan akan melanjutkan hanya 27%, dan belum menjawab 26%.
“Sementara penilaian publik pada Prabowo terbelah, sebanyak 36% menyatakan dia akan melanjutkan dan 39% menilai dia akan mengubah program pemerintahan Jokowi. Sisanya, 25%, belum menjawab,” ucap Direktur Riset SMRC, Deni Irvani.
Deni mengatakan bahwa persepsi pemilih kritis terhadap ketiga tokoh tersebut konsisten dalam 2 kali survei (April 2023 dan Mei 2023). Ganjar, kata Deni, secara konsisten lebih banyak dinilai akan melanjutkan, sebaliknya Anies lebih banyak dinilai akan mengubah program Presiden Jokowi. Sementara itu Prabowo dipersepsikan berada di tengah posisi keduanya. “Di mata pemilih, Keberlanjutan versus Perubahan lebih merupakan pertarungan antara Ganjar dengan Anies,” ujarnya.
Dalam metodologi surveinya, Deni menjelaskan bahwa “pemilih kritis” adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik. Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80%.
Pemilihan sampel dalam survei dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD sampel sebanyak 925 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening. Margin of error survei diperkirakan ±3.3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.