Padang, Gatra.com - Perjalanan berdirinya organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Tanah Air telah melalui proses rentang waktu yang panjang, bahkan sempat terjun ke dunia politik.
Pada usia 95 tahun menyongsong satu abad, Perti menegaskan akan selalu tegak lurus, yakni dengan penuh kesadaran menjaga khittah tahun 1928 pada jalur pendidikan, dakwah, dan amalan sosial.
Kendati begitu, Perti mengakui cerdas dalam membaca tanda-tanda zaman maupun arah politik pada Pemilu 2024. Hanya saja, Perti berkomitmen independen dan tidak lagi terjun ke dunia politik praktis.
"Perti independen secara kelembagaan, tidak ikut lagi politik praktis, independen," tegas Ketua Umum Perti, Muhammad Syarfi Hutauruk pada Milad ke-95 Perti, Jumat (5/5) di Auditorium Universitas Negeri Padang.
Hal ini sesuai dengan khittah 1928, dan tujuan Inyiak Canduang dalam mendirikan Perti. Apalagi, sejak 1988 Perti resmi memisahkan diri dari dunia politik, dan memilih fokus sebagai organisasi pendidikan dan dakwah.
Menurutnya, Perti tetap menjadi tiang penyangga kesatuan negara dengan menjaga khittah 1928. Hanya saja, Perti terus tegak lurus dengan penuh kesadaran menjaga khittah untuk pendidikan, dakwah, dan amalan sosial.
Kendati begitu, Syarfi juga tak menampik Perti tetap memberikan kader-kader terbaik untuk ikut dalam percaturan politik pada Pemilu Serentak 2024 mendatang, baik sebagai calon anggota DPRD, maupun DPRI RI.
Membaca suasana kebatinan menghadapi kompetisi legislatif, eksekutif dan jabatan formal di kementerian yang terjadi saat ini, Syarfi mengajak jemaah tarbiyah untuk bisa menjaga kepatutan dan kepantasan sesama ormas yang berjuang untuk kemaslahatan umat.
Pimpinan ormas diminta tetap menghargai tokoh, dan aktivis ormas tanpa harus ada prasyarat untuk jabatan formal di birokrasi pemerintah. Terutama dalam momentum peringatan Milad ke-95 ini, untuk Meneguhkan Khittah, Menjaga Persatuan, Menuju Indonesia Emas.
"Kita harus mengedepankan profesionalisme dan spirit ukhuwah islamiyah sesama ormas dalam rekrutmen pada jabatan di birokraksi adalah etika yang amat sangat patut dijunjung tinggi sebagaimana diwariskan ulama dan pemimpin sebelumnya," tegasnya.
Dikutip dari sejarahnya, mulanya Perti didirikan pada 5 Mei 1928 oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli di daerah Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Namun dalam perkembangannya, tahun 22 November 1945 sempat menjadi Partai Islam Perti.
Pada Pemilu 1955, Partai Islam Perti berhasil mendapatkan empat kursi DPR - RI dan delapan kursi konstituante. Tahun 1969, Inyiak Canduang selaku pendiri Perti mengeluarkan seruan agar kembali ke khittah sebagai organisasi pendidikan dan dakwah Islam nonpolitik.
Tahun 1969 sempat pecah kongsi, sebagian anggota berjuang di dunia politik, baik melalui Partai Islam Perti, Golkar maupun PPP. Lalu 26 Juni 1988, Perti resmi memisahkan diri dari dunia politik, dan fokus sebagai organisasi keagamaan.
Kemudian, pada Munas 2005 di Jakarta, telah diputuskan dengan tegas, Perti tak lagi berpolitik praktis melalui partai politik manapun. Hingga saat ini Perti memilih jalur organisasi untuk pendidikan dan dakwah.
Membaca suasana kebatinan menghadapi kompetisi legislatif, eksekutif dan jabatan formal di kementerian yang terjadi saat ini, Syarfi mengajak jemaah tarbiyah untuk bisa menjaga kepatutan dan kepantasan sesama ormas yang berjuang untuk kemaslahatan umat.
Pimpinan ormas diminta tetap menghargai tokoh, dan aktivis ormas tanpa harus ada prasyarat untuk jabatan formal di birokrasi pemerintah. Terutama dalam momentum peringatan Milad ke-95 ini, untuk Meneguhkan Khittah, Menjaga Persatuan, Menuju Indonesia Emas.
Dia juga menegaskan, mengedepankan profesionalisme dan spirit ukhuwah islamiyah sesama ormas dalam rekrutmen pada jabatan di birokraksi adalah etika yang amat sangat patut dijunjung tinggi sebagaimana diwariskan ulama dan pemimpin sebelumnya.
Ketua Pengurus Daerah Perti Sumbar, Sufyarma Marsidin menambahkan bahwa Perti bertekad berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Visi tersebut hanya mungkin terwujud bila seluruh komponen bangsa berkomitmen untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
Dia menyebut, selaku ormas yang bergerak dibidang pendidikan, dakwah dan sosial, Perti ikut bertanggung jawab dalam melahirkan SDM-SDM yang mumpuni di bidangnya, khususnya dalam bidang keagamaan Islam. Salah satunya, melalui madrasah dan pesantren yang ada di bawah bendera Perti.
"Perti akan terus berkontribusi untuk kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Dengan bersatunya seluruh elemen Perti, kita optimis akan memberikan kontribusi lebih dalam mendukung pencapaian visi Indonesia emas 2045," pungkasnya.