Jakarta, Gatra.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada Triwulan I 2023 tumbuh sebesar 5,03% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun 2022.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Moh Edy Mahmud, mengatakan, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung masih stabil pada level 5%.
Baca Juga: BPS: Ada 7,99 Juta Orang Indonesia Masih Jadi Pengangguran Per Februari 2023
"Kalau kita perhatikan mulai dari Triwulan IV tahun 2021 sampai dengan Triwulan I 2023, perekonomian kita tumbuh pada level 5% ke atas," ujar Edy dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (5/5).
Edy membeberkan, dari sisi penerimaan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2023 sebesar 5,03% (yoy) disumbang dari capaian produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp2.961,2 triliun.
Adapun sumber pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2023 berasal dari industri pengolahan yang menyumbang pertumbuhan sebesar 0,92%; perdagangan 0,64%; transportasi dan pergudangan 0,64%; informasi dan komunikasi sebesar 0,46%, serta sisanya dari sektor lainnya sebesar 2,37%.
Selain itu, dari sisi pengeluaran juga menunjukkan tren pertumbuhan positif di Triwulan I 2023. Edy menyebut konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang utama PDB telah tumbu 4,54% sepanjang Triwulan I 2023. Di sisi lain, komponen ekspor juga menunjukkan tren pertumbuhan yang kuat sepanjang Triwulan I 2023 hingga mencapai 11,68%.
"Pertumbuhan ekspor yang kuat didorong oleh peningkatan permintaan bahan bakar mineral, minyak hewan dan nabati, besi dan baja, serta jumlah wisatawan mancanegara," ujarnya.
Baca Juga: BI Sebut Inflasi 0,33 Persen pada April 2023 Masih Terkendali, Ini Penjelasanya!
Meskipun secara tahunan ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di 5,03%, namun Edy mengatakan, ekonomi pada Triwulan I 2023 justru turun 0,92% (quartal to quartal /qtq) bila dibandingkan pada Triwulan IV 2022. Edy menjelaskan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi di awal tahun menjadi fenomena biasa yang terjadi hampir setiap tahunnya.
Menilik data pertumbuhan ekonomi di awal tahun selama tiga tahun belakangan telah terjadi kontraksi sebesar 0,94% (qtq) di Triwulan I 2022; kontraksi 0,93% (qtq) di Triwulan I 2021; dan kontraksi 2,41% (qtq) di Triwulan I 2020. "Pola yang sama juga terjadi di beberapa tahun sebelumnya," tutur Edy.