Malang, Gatra.com– Satria piningit calon pemimpin bangsa ini justru pada posisi wakil presiden. Di posisi inilah sering muncul kejutan. Seperti proses munculnya Boediono dan Ma'ruf Amin, yang tidak pernah terdulit survei, eh malah menyodok dan menang.
Kini, nama-nama calon untuk posisi kedua ini telah bermunculan. Seperti, Sandiaga Uno, Erick Thohir, Ridwan Kamil, Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, AHY, Puan Maharani, dan lain-lain. Di tengah nama-nama beken itu tiba-tiba muncul nama Muhadjir Effendy.
Bisakah Menteri Koordinatir Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) di bursa itu mengulang sejarah? Nama Boediono pada hiruk-pikuk Pemilu 2009, nyaris tak terdengar. Tidak masuk lembaga survei. Namun, akhirnya dijadikan cawapres SBY dan menang. Setali tiga uang dengan Ma'ruf Amin.
Pakar politik dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Dr Abdul Aziz SR, menilai Muhadjir bisa muncul sebagai Cawapres alternatif untuk siapapun.
Demokrasi, katanya, memberi peluang kepada setiap orang untuk berpartisipasi serta masuk ke arena kompetisi pemilu. Muhadjir tak terkecuali, punya hak politik sekaligus punya bekal yang cukup untuk meramaikan kompetisi.
“Sebagai tokoh nonpartai politik, Muhadjir dapat disandingkan dengan capres manapun. Ke Anies Baswedan oke. Ke Ganjar Pranowo bisa. Ke Prabowo Subianto tidak masalah. Sebagai tokoh dan intelektual yang dekat ke label Muslim (Muhammadiyah), Muhadjir tentu memiliki dan membawa gerbong yang penuh penumpang,” tegasnya, Rabu, 03/05.
Modal lain yang dia miliki adalah modal jaringan sebagai tokoh alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Muhadjir juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik, karena melekat darah aktivis dalam dirinya.
“Ia memiliki kematangan dalam mengambil keputusan dan bijak dalam menyikapi segala sesuatu. Tentu karena pengalaman sebagai rektor perguruan tinggi terkemuka, juga sebagai menteri yang sudah senior,” tegas dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB ini.
Dia menambahkan, Muhadjir memiliki akseptabilitas yang kuat. Dia bisa diterima dengan baik tidak hanya di kalangan Muhammadiyah, tapi juga NU, KAHMI, non muslim dan banyak kalangan lain.
Terkait namanya yang tidak masuk radar lembaga survei sebagaimana cawapres yang lain, bagi Aziz, tidak ada masalah.
“Dulu Boediono awalnya tidak masuk survei sama sekali. Baru setelah dicalonkan tercover survei. Demikian pula Ma'ruf Amin. Toh, akhirnya mereka menang,” tegasnya.