Jakarta, Gatra com - Melampaui prediksi Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), Kabupaten Sorong Selatan menjadi daerah pertama di Papua yang mencapai status eliminasi malaria. Salah satu syarat tercapainya status eliminasi malaria adalah suatu wilayah bebas dari penularan lokal selama tiga tahun terakhir.
Pencapaian Sorong Selatan patut dirayakan karena Papua masih menjadi penyumbang terbanyak kasus malaria di Indonesia. Berdasarkan data dari Kemenkes, pada tahun 2022, dari total 443.530 kasus malaria di Indonesia, 393.801 kasus atau sekitar 89 persen berasal dari Papua.
"Wilayah Indonesia bagian timur agak berat (menangani malaria), tapi ternyata tahun ini, satu kabupaten di Papua Barat bisa mencapai eliminasi," ucap Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu saat membuka acara diskusi daring, Selasa (2/5).
Dalam target Indonesia bebas malaria tahun 2030, Provinsi Papua menjadi yang paling terakhir ditargetkan untuk dapat mengeliminasi penyakit ini dari wilayah mereka, yaitu pada tahun 2029. Target ini dibuat Kemenkes melihat kompleksitas masalah ditambah ketersediaan obat dan vaksin yang juga masih menjadi kendala.
Dalam pemaparan kisah suksesnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sorong Selatan, Dance Nauw mengatakan, saat ini di Kabupaten Sorong Selatan memang masih ada kasus malaria, tapi itu semua berasal dari luar daerah. Upaya Pemda untuk menekan angka laju kasus malaria didukung beberapa aspek, mulai dengan adanya peraturan daerah sampai adanya alokasi dana untuk penanganan kasus.
"Sampai saat ini kami ada program Bela Kampung sebagai pilot project strategi penyelidikan epidemiologi serta pembentukan Tim Advokasi dan Penilaian Mandiri dan tindak lanjut hasil penilaian," kata Dance.
Sekda juga melaporkan, Sorong Selatan telah menyandang status endemis malaria sejak tahun 2009 sampai 2022. Salah satu upaya awal yang dilakukan pemda untuk mengeliminasi malaria adalah membagikan 87.480 kelambu kepada warga. Hal ini dilakukan pada tahun 2009 sampai 2014.
Laju kasus malaria di Sorong Selatan sempat memuncak di tahun 2012-2013 dan mencapai lebih dari 8 ribu kasus. Padahal, laju rata-rata per tahun antara 3.000 sampai 4.000 kasus.
Berkat usaha pemda, kasus malaria di Sorong Selatan mulai melandai sekitar tahun 2016 dan 2017, tercatat jumlah pasien sebanyak 250 orang. Pada 3-5 November 2022, barulah Kabupaten Sorong Selatan resmi dinyatakan oleh Kemenkes telah mencapai status eliminasi malaria.