Lombok Barat, Gatra.com - Pelaksanan Lebaran Topat di Lombok yang akan berlangsung Sabtu (29/4) ini yang terpusat penyelenggaraannya di Pantai Senggigi, Lombok Barat. Tradisi ikonik masyarakat Lombok ini cukup unik dan prosesinya digelar kolosal.
Lebaran Ketupat biasa disebut Lebaran Topat di Lombok yang merupakan tradisi rutinitas masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Khusus di Lombok Barat, telah dijadikan sebagai calendar of event pariwisata.
Tokoh masyarakat sekaligus pemerhati budaya yang fokus bagi pengembangan budaya di NTB, Zaini Arony menyebut terlepas dari filosofi serta pemaknaan sama atau bahkan cara pandang berbeda tentang Lebaran Topat ini. Menurutnya penting bagaimana penyelenggaraannya tetap dilaksanakan setiap tahun sebagai sebuah tradisi masyarakat Sasak yang menjunjung tingggi nilai-nilai kearifan lokal.
"Lebaran Topat merupakan lebaran nina (perempuan) lebaran yang mengikuti lebaran mame (laki-laki) yakni lebaran Idulfitri yang penyelenggaraannya tepat seminggu atau enam hari lamanya kaum muslimin usai melaksanakan puasa Syawal," ujarnya Kamis (27/4) malam di Dasan Tapen, Lombok Barat.
Lebaran topat tidak disebut lebaran lontong atau istilah lainnya. Filosopinya ketupat dengan empat sisi yang dimilikinya menunjukkan bahwa dalam menjalani kehidupan ini terdapat empat mata empat unsur kehidupan manusia.
Dalam perspektif mantan Bupati Lombok Barat dua periode ini memaknai, bahwa Lebaran Topat sejatinya mengandung dimensi spiritual, kultural dan dimensi tradisional. Ini artinya betapa agama Islam mampu melakukan sinergitas dengan budaya lokal (local wisdom).
"Dari perspektif pembangunan kultural memiliki makna strategis bagaimana budaya ini mampu memberikan spirit dalam upaya pelestarian budaya di Lombok khususnya. Bagaimana kita mengembangkan prosesi keagamaan yang disinergikan dengan even budaya lokal. Adanya ziarah kubur, rekreasi massal warga yang menyerbu kawasan pantai pada perayaan Lebaran Topat ini merupakan wujud kesyukuran masyarakat Lombok Barat khususnya dan masyarakat Lombok pada umumnya setelah seminggu penuh melaksanakan puasa Syawal,” jelas Zaini yang pernah sebagai Ketua DPD Golkar NTB ini.
Di Lombok Barat misalnya sebagai sentral perayaan Lebaran Topat di Lombok telah dijadikan sebagai calendar of event yang dilaksanakan setiap tahunnya merupakan upaya membangun dimensi horizontal dan tak terlepas dari dimensi vertikal.
“Dan saya ajak segenap masyarakat untuk bisa mengambil hikmah atau pelajaran serta tuntunan dari perayaan Lebaran Topat ini agar dapat dimaknai sebagai jalan untuk semakin meningkatkan solidaritas dan makin memperkuat soliditas masyarakat,” pungkas Zaini.