Jakarta, Gatra.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengirimkan 39 prajurit TNI yang dipimpin oleh Kolonel Pnb Noto Casnoto (Dan Wing I Halim PK) yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Evakuasi WNI dengan menggunakan Pesawat TNI AU Boeing 737.
Satgas Evakuasi WNI di Sudan dilepas secara resmi oleh Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono, di Baseops Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (24/4).
Baca Juga: Evakuasi WNI dari Afghanistan, Pesawat TNI Hanya 2 Jam di Kabul
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan bahwa saat ini, konflik bersenjata di Sudan sudah semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini bisa membahayakan keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini berada di Sudan. Untuk itu, upaya penyelamatan diperlukan.
“Tugas penjemputan WNI ke Sudan adalah tugas mulia sekaligus kehormatan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, ingatlah bahwa kalian tidak hanya mewakili TNI namun juga sebagai duta bangsa Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (24/4).
Ia menerangkan bahwa misi evakuasi ini bukan yang pertama kali dilaksanakan TNI. Pada 2021 lalu, TNI melaksanakan misi yang sama di Afghanistan dan Ukraina pada Maret 2022 lalu.
"Saya minta jadikan pengalaman kedua misi tersebut sebagai bekal dan evaluasi agar misi yang kalian laksanakan di Sudan dapat berjalan dengan aman dan lancar,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia turut memberikan penekanan kepada Satgas Evakuasi WNI untuk fokus terhadap misi, mematuhi semua prosedur yang berlaku, mengidentifikasi semua risiko yang akan muncul dan melaksanakan langkah-langkah mitigasi yang kongkret.
Baca Juga: WNI yang Dievakuasi dari Ukraina: Pabrik Tempat Kami Sembunyi Dibom
Selain itu, koordinasi dan komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri, Atase Pertahanan, dan jajaran KBRI yang ada di Sudan, untuk mendapatkan informasi terkini, waspada dan alert sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik juga harus menjadi prioritas.
Sebagai informasi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah meminta pemerintah Sudan melindungi WNI yang terdampak konflik militer bersenjata di sana. Sebab, sejak pertempuran antara militer Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pecah pada Sabtu (15/4) lalu, beberapa kali Wisma Indonesia dan KBRI Khartoum turut terimbas oleh konflik tersebut.