Home Gaya Hidup Hers Protex Ajak Orang Tua Dampingi Remaja Jalani Masa Pubertas

Hers Protex Ajak Orang Tua Dampingi Remaja Jalani Masa Pubertas

Jakarta, Gatra.com– Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr. Yassin Yanuar MIB, Sp.OG, KFER mengatakan, dari survei antroprometrik di tujuh daerah Indonesia didapatkan bahwa usia menarke atau menstruasi anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun. Kondisi kesehatan reproduksi saling mempengaruhi dengan kesehatan reproduksi secara umum, karena status nutrisi dari anak tersebut.

Anak yang kegemukan akan lebih cepat menarke, karena hormon estrogen yang disimpan pada jaringan lemak menyebabkan peningkatan bioaktivitasnya. Penting bagi para orang tua untuk mempersiapkan tanda - tanda menstruasi pada remaja putri.

“Ajarkan mereka untuk tidak takut menyentuh organ kemaluannya sendiri, sama seperti memegang organ tubuh lainnya layaknya tangan dan jari-jari. Ajarkan nama-namanya, ada labia mayora, dan lain sebagainya," kata dr Yassin melalui webinar Rahasia Talks : 911 Super Parents Kit by Hers Protex di Jakarta, Sabtu (15/4).

Dia menambahkan, untuk higienitas juga ajarkan anak untuk membasuh atau mengusap organ intimnya dari depan ke belakang agar mencegah timbulnya koloni kuman dari anus ke vagina. Serta pembalut sebaiknya diganti setiap 4-6 jam sekali ketika menstruasi demi mencegah infeksi.

"Di atas 90% perempuan mengalami setidaknya satu gejala menstruasi yang menyulitkan, minimal mengganggu setiap bulan sampai mengalami gangguan aktivitas. Tolong dampingi putrinya untuk menjalani masa pubertas, dan mereka menjadi lebih paham mengenai tubuhnya sehingga menjadi figur dewasa yang menjaga kesehatan tubuhnya,” papar dr. Yassin.

Baca juga: Nyeri Hebat saat Haid, Jangan Anggap Sepele, Bisa Jadi Karena Endometriosis

Tidak hanya pendampingan dari sisi medis atau biologis, anak remaja juga butuh pendampingan orang tua dari sisi psikologis. Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja bisa jadi memicu kerentanan remaja.

Menurut Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga, Roslina Verauli, M.Psi, Psi ada sebanyak 10% remaja putri tidak tahu bagaimana cara memasang pembalut, ukurannya, dan lain sebagainya, dan tidak memiliki akses utk bertanya. "Orang tua harus menjadi teman diskusi bagi anaknya," ujarnya.

Mengapa? Karena perkembangan otak pada remaja, umumnya terjadi ledakan emosional dan potensi terjadinya perilaku beresiko. Orang tua menjadi jaring pengaman bagi putra putri ketika mereka memiliki problem.

Pendampingan di rumah adalah landasan dari segalanya. Merasa dicintai adalah penghayatan paling dasar, sadar bahwa anak dicintai orang di sekitarnya.

“Dekati anak sesuai dengan jamannya, dengan teknik yang sesuai dengan si anak. Contohnya dengan membahas film, lirik lagu atau sosial media yang mereka ikuti. Anak remaja membutuhkan energi besar," jelasnya.

Baca juga: Halodoc Rilis Fitur Kalender Menstruasi

Anak juga harus cukup tidur, walaupun di usia remaja mereka susah tidur. Bahkan, jumlah jam tidur remaja lebih besar daripada anak SD. "Cukupkan exercise atau olahraga karena ini baik utk release hormon, dan berikan nutrisi yang sesuai,” terang Vera.

Peran orang tua sangat besar dalam psiko sosial remaja, diantaranya: menunjukkan penerimaan dan kasih sayang, memberikan model afeksi yang tepat, memberikan informasi tentang pendidikan seksualitas, memberi akses ke profesional untuk remaja, dan melatih membuat keputusan seksual yang sehat.

Sebanyak 70% remaja putri pengalaman seks pertamanya terkait ada paksaan dari pacarnya (black dating) yaitu kekerasan dalam relasi berpacaran. “Ketika anak perempuan gak mau dicium, teman laki-laki harus menghargainya. Harus ada persetujuan. Itu namanya consent," jelasnya.

Sebagai orang tua harus memperkenalkan consent terhadap anaknya. Ketika tidak artinya tidak, ketika diam artinya tidak, ketika ya, artinya ya. Connect first than correct, namun orang tua cenderung mengoreksi anak dulu. Jika anak cerita, biarkan mereka cerita.

"Connect first, tunjukkan orang tuanya menerima mereka. Jika komunikasi orang tua negatif, anak cenderung akan menghindar. Anak yang disentuh dengan baik dan respect oleh ortunya. Jika anak disentuh oleh orang tuanya, ia akan dapat membedakan mana yang good touch, mana yang bad touch," lanjut dia.

​​​​​​Baca juga: Olahraga Saat Menstruasi, Berikut Tipsnya

Karena itu tidak bisa diajarkan melalui omongan tapi dari pengalaman." Jadi jika di luar anak mengalami sentuhan yang bad touch, mereka dapat membedakannya. Orang tua adalah model afeksi seorang anak, bukan pacarnya,” lanjut Vera.

Novita Angie, public figure sekaligus ibu dari 2 remaja menceritakan pengalamannya dalam mendampingi anaknya memasuki masa remaja, “Aku selalu sediakan waktu buat ngobrol sama anakku satu-satu. Salah satunya ketika anak perempuanku masih pre-teen.

"Anak perempuanku suka ikutan aku ke kamar mandi, jadi aku bisa jelaskan soal higienitas dan soal reproduksi wanita pada saat aku ganti pembalut. Jadi dia sudah ready, malahan menunggu-nunggu kapan sih dia mendapatkan haid pertamanya,” cerita Angie.

73