Vatikan, Gatra.com- Sejarawan baru saja menemukan sebuah fragmen Alkitab kuno yang tersembunyi di Vatikan yang belum pernah dilihat oleh siapa pun sebelumnya, Live Science, 14/04.
Seorang sejarawan yang mempelajari sebuah teks di Vatikan telah menemukan sebuah fragmen tersembunyi dari Injil Matius, yang ditulis dalam bahasa Syria Kuno, yang berbeda dari apa yang terlihat di Alkitab saat ini.
Versi alternatif dari Injil diungkapkan dengan menggunakan fotografi ultraviolet (UV). Karena perkamen langka di Abad Pertengahan ditulis para juru tulis dengan menggunakan kembali perkamen yang lebih tua. Mereka menulis di atas teks yang lebih tua, kata para peneliti.
Teks terbaru pada perkamen itu ditulis dalam bahasa Georgia. Di bawahnya ada teks yang lebih awal dalam bahasa Yunani. Tapi saat Grigory Kessel, seorang sarjana yang mempelajari bahasa Syria dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Austria, menyinari perkamen dengan sinar UV, dia menemukan lapisan lain yang tersembunyi di bawah teks Yunani.
Teks Syria Kuno berisi bagian dari Matius 12:1. Kessel berspekulasi bahwa seseorang menyalin ayat tersebut ke perkamen pada abad keenam. Berdasarkan bahasanya, Kessel memperkirakan bahwa aslinya mungkin telah diproduksi pada abad ketiga.
Injil ini, yang menurut tradisi dikaitkan dengan rasul Matius, kemungkinan besar ditulis sekitar paruh kedua abad pertama. Jadi teks yang baru ditemukan ini mungkin sekitar 200 tahun lebih muda dari sebagian besar Injil.
Perikop itu berbunyi: "Pada waktu itu Yesus pergi ke ladang gandum pada hari Sabat; dan murid-muridnya menjadi lapar dan mulai memetik bulir gandum dan makan."
Namun, teks Syria Kuno yang baru-baru ini ditemukan mengatakan para murid "mulai memetik bulir gandum, menggosoknya di tangan mereka, dan memakannya."
Kessel mengatakan pada Live Science bahwa dia hanya mengetahui satu salinan Injil lainnya, yang ditulis dalam bahasa Latin Kuno, yang mengklaim bahwa para murid menggosok biji-bijian di tangan mereka. Tidak jelas apakah menggosok biji-bijian memiliki makna religius.
"Ini memang penemuan yang menarik, dan penguraian yang brilian," Sebastian Brock, seorang pensiunan profesor bahasa Suryani di Universitas Oxford, mengatakan kepada Live Science melalui email. Brock mencatat bahwa salinan Injil Syria Kuno dan Latin Kuno sering berbeda dari versi Injil lainnya. Injil secara bertahap menjadi lebih standar selama Abad Pertengahan.
Penemuan seperti ini "penting untuk mempelajari sejarah awal teks Perjanjian Baru sebelum mencapai bentuk yang familiar dari edisi dan terjemahan modern," kata Brock.