Jakarta, Gatra.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya bersama delegasi Kongres AS lakukan aksi tanam mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Jakarta (12/4). Sebelumnya, kedua pihak telah lakukan rapat bersama dalam rangka kunjungan kerja di Gedung Manggala Wanabakti untuk membahas isu-isu iklim dan pengelolaan keanekaragaman hayati khususnya Primata/Orangutan.
Kawasan TWA Angke Kapuk dahulu sempat digarap oleh puluhan penambak liar. Akibatnya, kegiatan ini merusak alam dan ekosistem mangrove. Kemudian, kawasan ini mulai direstorasi tahun 1998 dengan membersihkan kawasan dari penggarap illegal dan menanami kembali pepopohonan mangrove yang hilang. TWA Angke Kapuk kembali dibuka pada 25 Januari 2010.
"Ekosistem mangrove memiliki fungsi yang sangat penting bagi lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat (di sekitarnya)," ujar Siti Nurbaya.
Lebih lanjut, mangrove dapat tumbuh dekat dengan tempat wisata seperti terumbu karang dan pantai berpasir yang dapat memberikan pengetahuan dan kesempatan untuk melihat satwa liar.
Selain itu, ekosistem mangrove juga berperan sebagai benteng untuk melindungi pantai dari abrasi, gelombang kuat, badai, dan naiknya permukaan laut. Yang tidak kalah penting, ekosistem mangrove merupakan habitat penting tempat berkembang biak ikan dan satwa lainnya.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling efektif untuk menangkap atau menyerap, karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah organik yang membuatnya tetap stabil. Ekosistem mangrove yang terjaga dengan baik dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari hutan terestrial biasa.
Karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3,0 Gton CO2e. Kemudian karbon yang tersimpan di mangrove dan padang lamun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 3,4 Gton CO2e, sekitar 17% dari simpanan blue carbon di dunia.