Home Info Sawit Besok, Pengurus GAPKI Dikukuhkan di Istana Wapres. Direktur Astra Agro Naik Kelas

Besok, Pengurus GAPKI Dikukuhkan di Istana Wapres. Direktur Astra Agro Naik Kelas

Jakarta, Gatra.com - Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Periode 2023-2028 bakal dikukuhkan di Istana Wakil Presiden besok.

Hadi Sugeng yang pada periode sebelumnya masih menjabat Ketua Bidang Implementasi ISPO, naik kelas menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) menggantikan Eddy Martono yang menjadi Ketua Umum.

Sumber Gatra.com menyebut, Mona Surya tetap menjadi Bendahara Umum. Begitu juga Susanto Yang, tetap menjadi salah satu Wakil Ketua Umum.

Menariknya, kalau pada periode sebelumnya total pengurus GAPKI pusat hanya 75 orang, di periode ali ini bertambah menjadi 79 orang.

Ini terjadi lantaran pada periode sebelumnya hanya ada 15 bidang, di periode kali ini ada satu bidang bertambah; Percepatan PSR.

Baca juga: Sinyal 'Bahaya' Produksi Sawit

Hadirnya bidang baru ini sesuai dengan misi Eddy Martono yang GAPKI harus benar-benar menggeber capaian PSR (Peremajaan Sawit Rakyat).

Ini pula yang dipesankan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat membuka Musyawarah Nasional GAPKI XI di Istana Wapres awal bulan lalu.

"Kita akan fokus pada percepatan PSR dan diplomasi. Untuk ini, GAPKI akan memperkuat kerjasama dengan pemerintah dan petani kelapa sawit," katanya.

Dalam perbincangan dengan Gatra.com awal bulan lalu, Eddy sudah menumpahkan keresehannya tentang trend produksi Crude Palm Oil yang terus menurun empat tahun belakangan.

Sementara, konsumsi lokal terus meningkat hingga saat ini mencapai 21 juta ton. Tidak hanya pada sektor pangan, tapi juga energi.

Tahun depan angka itu tentu bakal naik lagi, apalagi setelah mandatori biodiesel sudah di bauran 35. "Dari mana kita akan memenuhi kebutuhan ini kalau produksi kita terus menurun?," Eddy bertanya.

Untuk menemukan jawaban inilah kemudian Eddy berharap semua pemangku kepentingan harus duduk bersama. "Kita musti segera membikin roadmap yang jelas. Industri sawit ini mau dibawa kemana, mau berapa juta ton kebutuhan energi, berapa juta ton kebutuhan pangan dan berapa juta ton kebutuhan devisa (ekspor)," ujarnya.

Saat duduk bersama itulah kata Eddy, pertanyaan-pertanyaan yang ada diurai dan kemudian dijawab. Misalnya, kenapa PSR mandeg, apa penyebabnya.

Kenapa produksi korporasi turun terus, apa masalahnya. Gimana caranya supaya harga pupuk terjangkau, semua harus diurai biar ketemu masalahnya.


Abdul Aziz

347