Jakarta, Gatra.com - Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Heru Kristiyana menilai perbankan di Indonesia memiliki resiliensi yang cukup tinggi dalam menghadapi isu-isu ekonomi yang terjadi secara global.
Terlebih pada beberapa waktu yang lalu, sektor perbankan di seluruh Indonesia dikejutkan dengan kolapsnya bank yang ada di Amerika dan Eropa. Di antaranya adalah Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank yang ada di Amerika dan Credit Suisse yang ada Eropa.
Menurut Heru, pihaknya yakin bahwa perbankan Indonesia dapat bertahan dalam goncangan isu yang tengah menerpa seluruh dunia tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa indikator. Di antaranya terjadinnya pertumbuhan pada fungsi intermediasi perbankan Indonesia yang tumbuh mencapai dua digit yakni sebesar 11,35% pada Desember 2022 lalu.
"Dana pihak ketiga ketika tumbuh sekitar 9,01 persen," kata Heru dalam seminar 'Lesson Learned Kasus Silicon Valley Bank' Kamis (6/4/2023).
Disamping itu, indikator lainnya yang menunjukan bahwa perbankan Indonesia tumbuh dengan baik yaitu dari bantalan capital adequacy ratio atau kecukupan modal yang mencapai 25,63% dan Non Performing Loan (NPL) sekitar 2,44%. Dan fungsi likuiditas atau bantalan likuiditas perbankan Indonesia dinilai cukup ample, terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 78,78%.
Namun, Heru juga mengatakan walaupun perbankan Indonesia menunjukan kinerja yang positif, Perbankan Indonesia harus tetap waspada di tengah isu ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja. Salah satunya yakni adanya isu pada 2023 ini dunia diproyeksi akan memasuki masa resesi.
"Kami menyadari bahwa angka-angka tersebut, akan menjadi lebih baik lagi kedepan dengan pengawasan OJK yang semakin baik dari waktu ke waktu," katanya.