Jakarta, Gatra.com - Saat ini terdapat berbagai metode persalinan yang dapat dipilih sesuai dengan kenyamanan pribadi dan kondisi kehamilan atau indikasi medis. Salah satunya adalah metode persalinan caesar atau C-Section dan metode persalinan normal.
Operasi caesar adalah metode persalinan yang menggunakan prosedur pembedahan. Biasanya, metode ini akan dipilih calon ibu atau dokter karena alasan medis tertentu, misalnya bayi sungsang, plasenta menutupi jalan lahir, ukuran bayi terlalu besar, janin kembar, hingga panggul yang sempit.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi, Ariani Devi Widodo mengatakan setiap metode persalinan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam persalinan dengan metode caesar, ia mengatakan bahwa akan ada dampak-dampak buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Baca juga: Ini Tips Aman Saat Mudik Membawa Anak Versi IDAI
“Seperti kita ketahui memang, yang namanya metode melahirkan itu semua ibu pasti sebisa mungkin mengharapkan bayinya lahir dengan normal ya, bukan secara caesar. Kenapa? Karena sejak zaman dahulu kita sudah mengetahui bahwa yang namanya lahir normal, lahir lewat vagina, lahir spontan juga disebutnya, itu adalah yang terbaik,” kata Ariani dalam webinar dengan tema ‘Kunci Kesehatan Jangka Panjang Anak Kelahiran Caesar’, Rabu (5/4).
Ariani mengatakan bahwa melahirkan secara normal dapat membuat proses-proses fisiologi atau proses normal dalam tubuh dapat berkembang dengan baik. Sedangkan untuk metode caesar, menurutnya akan ada dampak-dampak buruk yang ditimbulkan, salah satunya adalah kesehatan pencernaan bayi.
Bayi yang terlahir melalui metode caesar memiliki ketidakseimbangan mikrobiota atau disbiosis dalam usus, yang tidak dialami oleh anak lahir normal.
“Komposisi mikrobiotanya jadi berubah. Kalau bayi yang lahir normal, Lactobasillus atau bakteri baik banyak, juga bakteri baik lainnya. Kalau bayi yang lahir caesar jumlah bakteri baik sangat sedikit sehingga yang menguasai bakteri lapangan yakni bakteri jahat dan kuman kulit, ” kata Ariani.
Baca juga: Kemenkes Tegaskan Sufor Bukan Penyebab Diabetes pada Anak
Menurut arini, disbiosis usus pada bayi yang lahir secara caesar tersebut dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan pada bayi di masa mendatang terutama pada imunitas dan tumbuh kembang anak. Karena hal tersebut, Ariani menilai masalah ini harus mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan pada anak.
Untuk mengatasi hal tersebut, Ariani menyatakan orang tua agar memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir hingga umur dua tahun. Sebab, ASI memiliki nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan bayi, dan enzim-enzim pencernaan.
ASI tidak hanya membawa nutrisi yang lengkap untuk bayi, tetapi juga memiliki nutrisi khusus untuk bakteri baik Bifidobacterium serta Lactobacillus. Bayi yang diberikan ASI diketahui memiliki gut microbiota yang lebih stabil, dibanding dengan bayi botol.
Gut microbiota yang seimbang nantinya akan mempengaruhi kondisi imun tubuh dan kesehatan bayi. Melakukan perannya di dalam stimulasi sistem imun tubuh, serta peran protektif terhadap beberapa penyakit.