Jakarta, Gatra.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan pengetatan kebijakan moneter global diperkirakan akan terus berlanjut. Menurutnya, hal itu seiring dengan tingkat inflasi dari sisi permintaan yang masih tinggi.
"Di bulan Maret 2023 terdapat laju pengetatan kebijakan moneter yang cepat mulai menekan stabilitas sistem keuangan global," ujar Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) secara virtual, Senin (3/4).
Tekanan stabilitas keuangan global nampak terlihat dari adanya fenomena sejumlah bank di Amerika Serikat dan Eropa mengalami kebangkrutan. Salah satu yang fenomenal adalah saat bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) sebuah perbankan asal AS yang mendanai banyak startup pada awal Maret 2023 lalu.
Baca juga: Imbas SVB Kolaps, OJK Tekan Perbankan Perkuat Tata Kelola dan Manajemen Risiko
Bangkrutnya SVB membuat pemerintah AS menerapkan rencana pendanaan darurat untuk memastikan sistem perbankan di sana tetap likuid. Namun, krisis keuangan di perbankan AS pun menjalar ke Eropa. Sejumlah bank Eropa juga dilanda krisis keuangan, seperti salah satunya yang dialami oleh Credit Suisse.
"Otoritas negara-negara itu telah bertindak cepat untuk mengatasi permasalahan tersebut untuk mencegah merambatnya penularan resiko," jelas Mahendra.
Di sisi lain, meskipun inflasi di AS mulai mereda seiring dengan tekanan rantai pasok global yang mereda dan perekonomian Tiongkok mulai pulih, Mahendra menyebut pengetatan moneter global belum usai.
Diketahui, angka inflasi tahunan AS sebesar 6% dianggap masih berada di tingkat yang tinggi membuat The Fed menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2023 sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,75-5%. Sementara Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5,75%.
Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha PT Delapan Sembilan Aset Manajemen