Jakarta, Gatra.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyampaikan bahwa dalam penerapan energi baru terbarukan (EBT) membutuhkan mineral kritis untuk mendukung transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2050 mendatang.
"Untuk mendukung transisi energi memperhatikan beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Myanmar," kata Arifin dalam acara Opening Ceremony of 2023 ASEAN Energy Chairmanship secara daring pada Jumat (31/3).
Baca juga: Arifin Tasrif Sebut Kolaborasi Antar Negara ASEAN dapat Meningkatkan EBT Secara Masif
Arifin mengatakan bahwa kelima negara termasuk Indonesia tersebut membutuhkan pengembangan hilirisasi industri mineral untuk mendukung EBT. Dari sektor pertambangan di hulu hingga pengelolaan mineral dan produksi komponen penunjang EBT yang berada di hilir.
Lebih lanjut, Arifin menyebutkan sejumlah komoditas mineral yang memiliki peran penting dalam perluasan pemanfaatan EBT. Komoditas tersebut di antaranya nikel, kobalt, dan tembaga yang memiliki peran dalam pengembangan fasilitas penyimpanan energi untuk mesin serta baterai kendaraan listrik.
"Kawasan ASEAN memiliki sumber energi baru dan terbarukan yang sangat besar. Menurut catatan terdapat potensi 17.000 gigawatt untuk dapat dijadikan sebagai modal dalam mencapai target Net Zero Emission dan pemanfaatan energi bersih," sambung Arifin.
Baca juga: Kemenkeu Buka Suara Soal Perbedaan Data Transaksi Janggal Rp349 Triliun
"Untuk jangka pendek proporsi baru terbarukan pada program energi targetkan akan mencapai 23% dan porsi EBT pada kapasitas pembangkit sebesar 35% di tahun 2025 sesuai ASEAN plan of asean for energy Cooperation," katanya.
Diketahui, pada Januari 2023 lalu, Kementerian ESDM mencatatkan potensi sumber daya dan cadangan mineral yang ada di Indonesia, untuk nikel Indonesia memiliki cadangan sebanyak 17,69 miliar ton, dan 5,7 miliar ton bisa dimanfaatkan. Sedangkan mineral tembaga, Indonesia tercatat memiliki cadangan sebanyak 3 miliar ton, dengan jumlah total sumber daya mencapai 15,96 miliar ton.