Yogyakarta, Gatra.com - "Ribuan kilo jalan yang kau tempuh. Lewati rintang untuk aku, anakmu," begitu penggalan lirik dari lagu berjudul "Ibu" karya Iwan Fals. Perjuangan seorang ibu untuk anak memang tidak pernah henti. Seperti yang dilakukan ibu dari para terdakwa salah tangkap kasus klitih Gedongkuning, Kotagede, DI Yogyakarta.
Berbagai upaya sudah mereka lakukan demi membuktikan para putranya tidak bersalah. Perjalanan jauh 570 kilometer dari Yogyakarta ke Jakarta pun rela mereka lakukan demi bisa membebaskan buah hatinya. Awal Maret 2023 kemarin, para ibu ini sempat mendatangi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) demi meminta bantuan hukum. Lembaga-lembaga bantuan hukum lain di Jakarta juga disambangi dengan permintaan yang sama.
Baca juga: Keluarga Terdakwa Kasus Klitih Gedongkuning Cari Keadilan ke Jakarta
Sudah hampir satu tahun Ryan Nanda Saputra, Fernandito Aldrian Saputra, M. Musyaffa Affandi, Hanif Aqil Amrulloh, dan Andi Muhammad Husein jadi tahanan akibat perbuatan yang tidak dilakukannya. Selama itu juga air mata para ibu ini terus mengalir.
Kelima pemuda ini ditangkap atas tuduhan klitih atau kejahatan jalanan yang menewaskan seorang pelajar bernama Daffa Adzin Albasith pada Minggu dini hari, 3 April 2022 lalu. Daffa tewas akibat sabetan gir di bagian kepala.
Pengadilan Negeri Yogyakarta sudah menjatuhi hukuman pidana enam hingga 10 tahun penjara. Proses hukum lebih lanjut pun sudah coba dilakukan para ibu tangguh itu.
Baca juga: Kesaksian Para Ibu Terdakwa Kasus Klitih Gedongkuning: Anaknya Disiksa Polisi Dipaksa Mengaku
Mereka meyakini bahwa Polda DI Yogyakarta telah merekayasa kasus dan memfitnah anak-anaknya. Belum lagi, adanya dugaan penyiksaan yang dilakukan pihak kepolisian pada kelimat pemuda ini agar mengakui perbuatan yang tidak mereka lakukan.
Saat ini, proses hukumnya masih menunggu Mahkamah Agung untuk menindaklanjuti permohonan kasasi yang diajukan sejak Januari 2023 lalu. Sementara itu, Polda DIY mengadakan sidang etik untuk dua anggota polisi yang diduga melakukan penyiksaan. Proses penyidikan penganiayaan ini masih terus berjalan.
Badriyah, ibu dari Hanif Aqil Amrulloh dihadirkan sebagai saksi di sidang etik pada 21 Maret 2023 lalu. Ia menceritakan bahwa Hanif ditangkap oleh dua orang Intel Polda DI Yogyakata di rumahnya. "Pada saat itu, karena saya kenal maka saya tahu betul (Intel Polda) namanya siapa," katanya dalam konferensi pers secara virtual pada Selasa (28/3).
Ibu berkerudung biru itu yakin betul bahwa dua orang anggota kepolisian yang disidang memang melakukan penganiayaan terhadap anaknya. Meski begitu, ia tetap merasa ada kejanggalan lantaran hanya dua orang anggota kepolisian yang disidang. Padahal, berdasarkan kesaksian para ibu terdakwa kasus ini, setidaknya ada lima hingga delapan orang polisi yang melakukan pemeriksaan sekaligus penganiayaan kepada anak-anak mereka.
Baca juga: Orang Tua Terdakwa Klitih Gedongkuning Duga Ada Rekayasa Kasus
Badriyah sempat memberikan beberapa bukti penguat dalam perannya sebagai saksi. Salah satunya, kronologi ketika Badriyah mendatangi Polsek Kotagede pada 18 April 2022 dan mendapati Hanif masih babak belur.
Sebelum mendatangi Polsek Kotagede, hati Badriyah sempat hancur melihat sosok putranya dalam konferensi pers oleh Polda DI Yogyakarta pada 11 April 2022 lalu. Hanif terlihat memiliki banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. "Ini saya masukkan telegram dan saya screenshot," ucapnya.
Hingga saat ini hasil sidang etik belum dirilis oleh Polda DIY. Kelima terdakwa dijadwalkan akan memberi kesaksian. Sayangnya, masih belum jelas jadwal sidang etik yang akan menghadirkan kelima saksi ini digelar.
***
Badriyah terus terisak mengingat putranya yang masih jadi penghuni Rutan Wirogunan hingga saat ini. Siksaan batin Badriyah bertambah ketika mengingat Hanif tidak bisa menjalankan ibadah puasa bersamanya.
Hukuman sosial juga dialami Badriyah dan keluarga. Sikap para tetangga di sekitar rumahnya mulai berbeda, seolah mengucilkannya sejak Hanif ditangkap
"Pada saat kejadian, orang-orang seperti melihat kami dengan sinis,"
Cacian serta umpatan dari masyarakat terus dialami Badriyah. Malahan, beberapa orang tega mengatakan dengan jelas bahwa anaknya adalah seorang pembunuh.
"Padahal itu sama sekali tidak," tutur Badriyah sembari terisak.