Home Nasional Inklusi Digital Jadi Penghela Pembangunan Berkelanjutan

Inklusi Digital Jadi Penghela Pembangunan Berkelanjutan

Jakarta, Gatra.com - Inklusi digital menjadi cita-cita yang terus didorong di Indonesia. Dengan pendorongan terhadap inklusivitas digital, diharapkan seluruh lapisan masyarakat tanah air dapat mendapat akses yang sama terhadap internet dan menjadi pendorong pembangunan berkelanjutan.

Koordinator Literasi Digital Kemenkominfo, Rizki Ameliah menjelaskan, mengenai peran pemerintah Indonesia dalam mewujudkan inklusivitas digital. Sejalan dengan beberapa negara yang juga berfokus pada transformasi digital, pakem inklusivitas tersebut juga telah dilakukan oleh Indonesia.

“Urgensi yang dilakukan dalam mewujudkan transformasi digital adalah melalui program literasi digital yang telah berjalan selama beberapa tahun. Kami di Indonesia sudah mempersiapkan infrastruktur serta kebijakannya,” ujar Rizki dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/3).

Rizki menambahkan program ini sejatinya telah diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo sejak tahun 2021 silam. Terdapat empat pilar yang menjadi tolok ukur bagi ketercapaian program tersebut, yaitu Kecakapan Digital, Budaya Digital, Etika Digital, dan Keamanan Digital. Program ini juga berkolaborasi dengan berbagai pihak swasta yang memperhatikan pentingnya inklusivitas digital.

“Melalui literasi digital, kami juga sudah melakukan beberapa upaya untuk membantu terwujudnya inklusivitas, contohnya adalah membuat pelatihan literasi digital bagi penyandang disabilitas,” sebut Rizki.

Sementara itu, pendorongan dalam mendukung inklusi digital juga telah dilakukan oleh pihak korporasi di dunia. Peneliti senior dari World Benchmarking Alliance (WBA), Samita Thapa mengatakan, inklusivitas digital penting dalam paradigma pembangunan berkelanjutan.

Inklusi digital diharapkan dapat memicu kompetisi dalam pemanfaatan inklusi digital para pelaku industri dan perusahaan teknologi yang saat ini berada di puncak teratas.

Samanti menyebut, pihaknya pun saat ini tengah memberikan tolok ukur secara sukarela terhadap seberapa jauh inklusivitas digital berhasil diwujudkan.

“Tolok ukur pekerjaan kami adalah sudah seberapa luas digitalisasi dapat diakses kebutuhan manusia, sejauh apa improvisasi kecakapan digital yang dimiliki setiap orang, seberapa dalam mitigasi terhadap risiko digitalisasi, dan seberapa besar pengaruh inklusivitas terhadap inovasi,” tutur Samita.

33