Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menilai berat bagi Indonesia untuk menjadi negara maju di tahun 2045. Pasalnya, untuk menjadi negara maju RI memerlukan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi secara konsisten.
"Kita harus melihat bagaimana negara lain mencapai posisi mereka sebagai negara maju," ujar Piter dalam OCBC NISP Business Forum di St Regis Hotel Jakarta, Selasa (21/3).
Piter menyebut Cina, Korea Selatan, Singapura dan Jepang sebelumnya telah melalui fase pertumbuhan ekonomi di atas 10% secara konsisten dalam jangka waktu yang cukup lama. Cina, kata Piter pertumbuhan ekonominya mencapai 2 digit selama lebih dari 12 tahun. Ia pun menyinggung soal pertumbuhan ekonomi RI yang cenderung tidak menentu dan stagnan.
"Sekarang pertanyaannya kita pernah enggak mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 5% selama di atas 5 tahun berturut-turut?," tanya Piter.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir juga bertahan di kisaran 5%. Bahkan, saat Pandemi Covid-19 tahun 2020, pertumbuhan ekonomi RI anjlok hingga mencapai -2,07%. Secara berurutan pertumbuhan ekonomi pada 2018 sebesar 5,17%; 2019 sebesar 5,02%; tahun 2020 sebesar -2,07%; tahun 2021 sebesar 3,69%; dan tahun 2022 sebesar 5,3%.
"Selama periode Jokowi kita bagus, tapi coba lihat pertumbuhan ekonomi kita tidak bisa mencapai 6%. Bahkan, sempat negatif karena pandemi. Dengan pertumbuhan ekonomi demikian, kajian yang kita lakukan RI akan mengalami masalah besar ke depannya," tutur Piter.
Piter memprediksi, apabila pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 5% maka upaya Indonesia untuk menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita (GDP) mencapai US$12.000 menjadi sulit. Di satu sisi, GDP Indonesia saat ini baru di kisaran US$4.700 per tahun. Artinya, RI perlu meningkatkan GDP sebesar US$7.300 dalam waktu 22 tahun ke depan.
Berdasarkan hitungan Segara Research Institute, Piter mengatakan setidaknya RI perlu mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 8% dalam waktu minimal satu dekade (10 tahun) untuk menjadi negara maju. Perhitungan itu disebut telah memasukkan estimasi pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia.
"Jadi sangat sulit kita untuk mencapai posisi pendapatan (negara maju) hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang sama. Jadi harus kita perhitunkan juga PDB (GDP) naik dan jumlah penduduk juga naik jadi itu sangat sulit, kita butuh lompatan pertumbuhan ekonomi," imbuh Piter.