Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah mengatakan Indonesia punya tantangan besar menuju Indonesia Emas 2045. Salah satunya adalah bonus demografi, menurutnya bisa menjadi bumerang bagi RI.
Bonus demografi akan menjadi masalah bilamana pemerintah tidak dapat menyediakan lapangan kerja yang mencukupi. Pasalnya, Piter menyebut saat ini pertumbuhan angkatan kerja setiap tahunnya mencapai empat juta orang. Sementara penyerapan tenaga kerja sektor formal setiap tahunnya hanya di kisaran 1,25 juta orang.
"Bonus demografi di satu sisi jadi advantages, di sisi lain ini adalah sebuah permasalahan. Jika kita tidak bisa menyediakan lapangan kerja bagi mereka, bonus demografi bisa menjadi bencana demografi, " ujar Piter dalam OCBC NISP Business Forum di St Regis Hotel Jakarta, Selasa (21/3).
Ia pun memperkirakan setidaknya hampir tiga juta angkatan kerja yang tidak kebagian lapangan kerja sektor formal. Di sisi lain, sektor nonformal juga punya batasan dalam menyerap angakatan kerja.
Karena itu, Piter menekankan bahaya dari akumulasi angkatan kerja yang tidak dapat terserap di pasar kerja sektor formal setiap tahunnya. Merujuk pada asumsi tiga juta angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan, maka Piter mengatakan di tahun 2030 permsalahan sosial dan pengangguran akan semakin parah.
"Kalau kita bicara 2045 ini kita bicara akumulasi. Jangankan tahun 2045, tahun 2030-2035 kita sudah menghadapi permasalahan sosial dan pengangguran," imbuh Piter.
Seperti diketahui, Pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi negara maju di 2045. Adapun tujuan itu dituangkan dalam visi Indonesia Emas 2045. Untuk menjadi negara maju, setidaknya Indonesia harus meningkatkan pendapatan per kapita (GDP) menjadi US$12.000 per tahun. Sementara saat ini GDP Indonesia masih di kisaran US$4.700 per tahun.