Bali, Gatra.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Indonesia mengumumkan kemitraan strategis untuk membantu Indonesia mengembangkan program energi bersih nuklir lewat Forum Bisnis Kamar Dagang dan Industri Indo-Pasifik di Bali. Kemitraan tersebut dicapai untuk mendukung minat Indonesia dalam menggunakan teknologi reaktor modular kecil (small modular reactor/SMR) untuk memenuhi tujuan keamanan energi dan iklim.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim, Wakil Asisten Utama Menlu AS, Ann Ganzer, dan Badan Perdagangan dan Pembangunan AS (USTDA) secara resmi mengumumkan Memorandum of Agreement dan hibah afiliasi, serta penandatanganan kontrak sebagai hasil akhir di bawah Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (Partnership for Global Infrastructure and Investment/PGII).
Perjanjian tersebut bertujuan memajukan tujuan Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership/JETP) dan memperkuat kepemimpinan Indonesia di kawasan ASEAN dalam penggunaan teknologi energi bersih nuklir yang canggih, aman, dan terjamin sehingga mendukung target Net Zero Emissions di Indonesia pada 2060.
Di bawah perjanjian tersebut, USTDA telah memberikan hibah kepada PLN Indonesia Power untuk membantu menilai kelayakan teknis dan ekonomi pembangkit listrik tenaga nuklir yang diusulkan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Hal ini akan mencakup rencana pemilihan lokasi, rancangan pembangkit listrik dan sistem interkoneksi, penilaian dampak lingkungan dan sosial awal, penilaian risiko, perkiraan biaya, dan tinjauan peraturan.
Selain itu, kerja sama tersebut akan mencakup pendanaan baru sejumlah satu juta USD untuk pembangunan kapasitas bagi Indonesia berdasarkan kemitraan yang sudah berjalan di bawah Program Infrastruktur Dasar Departemen Luar Negeri AS untuk Penggunaan Teknologi SMR yang Bertanggung Jawab (FIRST). Hal tersebut mencakup dukungan di berbagai bidang seperti pengembangan tenaga kerja, keterlibatan pemangku kepentingan, regulasi, dan perizinan.
“Hubungan ekonomi AS-Indonesia berkembang pesat, dan di Bali minggu ini kami melihat beberapa hasil nyata dari kemitraan kita,” kata Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim.
Kim mengatakan, pengumuman tentang kemitraan strategis membantu Indonesia mengembangkan program energi bersih nuklir reaktor modular kecil, dan menjadi hasil utama di bawah Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global. “Ini merupakan tonggak penting dalam upaya Indonesia mencapai tujuan iklimnya dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ia menambahkan.
Indonesia Power memilih NuScale Power OVS, LLC (NuScale) yang berbasis di Oregon untuk melakukan pendampingan dalam kemitraan dengan anak perusahaan Fluor Corporation yang berbasis di Texas dan JGC Corporation di Jepang. Fasilitas dengan 462 megawatt yang diusulkan akan memanfaatkan teknologi SMR NuScale dan memajukan transisi energi bersih di Indonesia.
SMR menyediakan daya yang andal selama 24 jam, melengkapi sumber energi bersih lainnya, memiliki lahan yang fleksibel, dan menggunakan tapak tanah yang kecil. SMR menggabungkan fitur keselamatan canggih, termasuk desain untuk menahan cuaca ekstrem dan berbagai peristiwa seismik, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik jaringan listrik suatu negara, dengan kemampuan untuk ditingkatkan sesuai kebutuhan.
SMR dapat memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor yang sulit dikurangi seperti: produksi hidrogen bersih, proses industri berat, dan desalinasi air untuk memenuhi tujuan dekarbonisasi dan keamanan energi, standar kualitas udara, dan kebutuhan akses air bersih.
Proyek tersebut akan mendorong aksi iklim dan akses energi bersih di berbagai tempat penting di dunia dan memiliki potensi - sebagai bagian dari proyek lanjutan - untuk menciptakan ribuan lapangan kerja, membuka jalan bagi proyek SMR tambahan di Indonesia dan kawasan Indo-Pasifik, dan menerapkan standar tertinggi untuk keselamatan, keamanan, dan nonproliferasi nuklir.
PGII menawarkan model pembiayaan dan pengiriman infrastruktur yang positif dan berkelanjutan kepada para mitra seperti Indonesia. Saat KTT Pemimpin G20, Presiden Biden, Presiden Jokowi, dan Presiden Komisi Eropa Von der Leyen menjadi tuan rumah bersama sekelompok pemimpin G20 pada November 2022 untuk memperdalam keterlibatan di bawah PGII, yang bertujuan mengucurkan US$600 miliar untuk investasi infrastruktur global pada 2027.
Kemitraan tersebut menghasilkan infrastruktur yang berkualitas dan berkelanjutan yang mengubah kehidupan orang-orang di seluruh dunia, memperkuat dan mendiversifikasi rantai pasokan kita, serta memajukan keamanan nasional dan ekonomi kita bersama melalui investasi strategis.