Jakarta, Gatra.Com – Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk turut andil mengurangi dampak perubahan iklim. Hal ini juga ditegaskan oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), melalui pencanangan zero emision pada tahun 2050–2060 dengan harapan bisa terealisasi lebih cepat.
Era transisi energi saat ini menjadi hal kritikal atau penting bagi masa depan Indonesia menuju penggunaan energi terbarukan. Gas bumi menjadi pilihan untuk sumber energi utama di Indonesia karena emisi karbonnya cenderung lebih rendah dibandingkan energi fosil dari bahan bakar yang selama ini digunakan.
Selain itu, jumlahnya yang melimpah di Indonesia dinilai mampu untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar yang diperlukan oleh masyarakat.
"Gas bumi dijadikan bridging sebagai transisi energi menuju zero emission di tahun 2060 atau lebih cepat," ujar Rizal Fajar Mutaqqin selaku Koordinator Penyiapan Migas Direktorat Jenderal Kementerian ESDM dalam webinar Bincang Energi Update di Jakarta, akhir pekan ini.
Ia menyamapaikan, Dirjen migas akan berusaha mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi yang saat ini memang secara persentase dibandingkan tahun-tahun yang lalu pemanfaatannya secara domestik sudah sekitar 67%,"
Tenaga Ahli Lingkungan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Mohammad Kemal, mengatakan bahwa gas bumi dapat dijadikan andalan transisi energi karena emisi CO2 yang dihasilkan jauh lebih rendah.
Ia mencontohkan bahwa emisi CO2 yang dihasilkan minyak, 1,4 kali lebih banyak dibandingkan gas. Emisi CO2 yang dihasilkan batu bara juga 1,7 kali lebih banyak dibandingkan gas. Meskipun demikian, ia tetap menyarankan adanya perbaikan dalam kebijakan pemakaian gas agar tidak kalah tertinggal dengan negara lainnya.
"Di Indonesia sendiri prospeknya masih banyak untuk gas. Namun, masih perlu kita tingkatkan lagi [perbaikan kebijakan gas] karena yang berubah bukan hanya kita, tapi negara-negara lain juga turut melakukan perubahan," ujar Kemal.
Vice President Upstream Business Planning & Portfolio Management PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Akbar Yudha Putra, menjelaskan, bahwa pada 2022, PT Pertamina Hulu Energi telah memproduksi gas bumi sebesar 2.600 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Ini tentunya menjadi langkah besar mereka untuk mendukung zero emision yang dicanangkan oleh pemerintah.
"PHE [PT Pertamina Hulu Energi] atau sub-holding access sekarang menjadi salah satu penghasil di hulu sektor migas ya," ujarnya.
Untuk mengoperasikann itu, di PHE mempunyai beberapa strategi, kata Akbar, di antaranya yang paling menonjol adalah centre of excellence, subsurface integration, synergi & borderless operation, project FID approvals, dan cost effectiveness," kata Akbar.
Menurutnya, peningkatan produksi gas Pertamina ditunjang melalui beberapa strategi, yaitu menjaga produksi eksisting, pengembangan lapangan baru untuk mempercepat resource to production.
"Ini menjadi fokus kita, bagaimana mengembangkan resource supaya bisa cepat kita produksi. Di samping itu, PHE sudah melakukan eksplorasi yang dari tahun ke tahun itu meningkat," ujarnya.