Jakarta, Gatra.com - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, mengatakan bahwa Indonesia punya kemampuan untuk menghadapi krisis ekonomi yang kian bergejolak belakangan ini.
Seperti diketahui, krisis keuangan dan ekonomi kini sedang melanda sejumlah negara barat, termasuk Amerika Serikat (AS), dimana beberapa Bank mengalami kebangkrutan di negara tersebut.
Hal ini pun sudah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo yang memberi arahan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi perbankan di AS yang berada dalam fase negatif.
Menurut Teguh, kepercayaan akan keamanan situasi ekonomi tanah air ia baca dari beberapa pengalaman sebelumnya. Teranyar, ia memandang kiprah perekonomian Indonesia di masa pandemi bisa menjadi parameter ketahanan terhadap krisis.
"Indonesia menjadi one of the best ekonomi yang cukup baik dalam performencenya selama pandemi. Kita bisa mengontrol dengan baik isu terkait keuangan dan kebijakan di sektor riil,” tutur Teguh dalam keterangannya, Minggu (19/3).
Selain itu, Dekan FEB UI ini memandang bahwa sektor keuangan di Indonesia jauh lebih pruden dibandingkan sebelumnya. Hal ini didorong oleh berbagai pengalaman krisis yang sebelumnya pernah hadir.
“Asian financial crisis tahun 1998 merubah arsitektur perbankan Indonesia, sehingga jauh lebih pruden dalam mengelola resiko," tuturnya.
Selain itu, Ia juga melihat sosok Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, punya kapasitas untuk menjaga stabilitas sektor ekonomi Indonesia. Hal ini tak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang diinisiasi oleh Menkeu menunjukan trens stabil, bahkan cenderung naik.
“Artinya, kita yakin bahwa Indonesia imun dan relatif tidak terdampak, tetapi juga tidak boleh jumawa. Disisi lain, Menkeu dengan data dan analisisnya juga menunjukkan Indonesia aman,” ungkap Teguh.
Sementara itu, Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BI), Muhammad Eddie Purnawan mengatakan, perekonomian Indonesia tidak terdampak atas kebangkrutan yang dialami oleh sejumlah Bank di AS.
Menurutnya, Bank di Indonesia relatif aman karena keterkaitan antara kebangkrutan tiga bank di Amerika dengan Indonesia tidak tinggi. Hal yang perlu diperhatikan adalah perusahaan-perusahaan yang dibiayai, terutama start-up yang terhubung dengan bank-bank besar di Eropa atau Amerika.
"Domino effect itu pasti ada, namun tidak sebesar yang kita khawatirkan. Dengan koordinasi yang cukup intens dari empat otoritas tadi, juga pengalaman krisis dan pandemi, kita bisa memitigasi kekhawatiran tadi,” kata Eddie.