Mataram, Gatra.com - Organisasi Islam Nahdlatul Wathan genap berusia 70 tahun. Sejumlah kegiatan digelar sebagai rangkaian peringatan hari jadi ormas Islam yang didirikan pahlawan nasional Almagfurulahu Maulanasyaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid tersebut.
Panitia Peringatan Hari Jadi (HADI) ke-70 Nahdlatul Wathan menggelar Seminar Kebangsaan dan Muktamar Pemikiran Mahasantri Nahdlatul Wathan, di Mataram. Seminar menghadirkan dua pembicara kunci yakni Pakar Hukum Tata Negara Prof Yusril Ihza Mahendra dan Menteri Perdagangan H Zulkifli Hasan. Seminar mengangkat tema “Eksistensi dan Peran Ormas dalam Mendorong Partisipasi Publik bagi Pembangunan Pasca 2 Dekade Reformasi’.
Prof Yusril dan Mendag hadir secara daring. Sementara di Mataram, hadir sebagai pebicara tokoh-tokoh internal Nahdatul Wathan yakni Prof Fahrurrozi Dahlan, Dr HM Mugni, Dr TGH L Abdul Muhyi, dan Dr Sayyid Ali Jadid.
Seminar ini juga dihadiri secara langsung Gubernur NTB H Zulkieflimansyah, Bupati Lombok Tengah HL Pathul Bahri, Wakil Wali Kota Mataram TGH Mujiburrahman, dan Wakil Bupati Lombok Utara Dany Carter Ridawan.
Terlihat hadir pula Kepala Badan Intelijen Negara Daerah NTB, Pimpinan DPRD Lombok Barat, Pimpinan Organisasi, Badan Otonom dan lembaga-lembaga yang bernaung di bawah Nahdlatul Wathan.
Prof Yusril mengemukakan, untuk lahirnya peradaban baru, dibutuhkan kolaborasi dan elaborasi pengetahuan agama dan teknologi dan selalu sadar Islam, dan selalu releven dengan perkembangan zaman.
Prof Yusril juga mengungkapkan bagaimana tantangan yang dihadapi umat Islam akan jauh lebih kompleks seiring juga dengan perkembangan zaman. Prof Yusril misalnya menjelaskan secara panjang lebar, bagaimana negara-negara adi kuasa juga berkepentingan dengan Indonesia. Kepentingan tersebut, tidak terkait langsung dengan kepentingan masyarakat Indonesia. Melainkan kepentingan negara-negara adi kuasa tersebut.
Sementara Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjelaskan begitu luar biasanya peran umat Islam. Bahkan ormas-ormas Islam adalah bagian dari pendiri lahirnya bangsa Indonesia.
“Makanya jangan kita mau diadudomba, karena kalau terjadi kemarahan sesama umat Islam yang rugi umat Islam dan itulah yang mereka inginkan,” tandasnya.
Mendag memberi contoh. Di Indonesia, jika ada 10 orang berkumpul, maka sebanyak delapan orang adalah umat Islam, mengingat umat Islam mayoritas di Indonesia. “Karena itu, kalau dibelah dua orang Indonesia kata dia, maka sesama Islamlah kita berkelahi. Maka, mari kita bersikap secara rasional tidak emosional,” katanya mengingatkan.