Jakarta, Gatra.com- Polda Papua telah melakukan enam kali olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait kejadian kematian dr Mawartih Susanty, Sp.P di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. Kematian dr.Mawartih dinilai tak wajar dan janggal oleh pihak keluarganya karena ditemukan banyak luka lebam hingga patah tulang serta busa di mulutnya.
"Saat ini, Polda Papua telah melakukan Olah TKP sebanyak enam kali," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (16/3).
Dalam mengusut kejadian itu, menurut Ramadhan, Polda Papua telah memeriksa sebanyak 28 saksi. Polisi, lanjutnya, juga mengumpulkan bukti-bukti, termasuk kamera pengawas atau CCTV di sekitar lokasi penemuan jenazah.
"Kemudian penyidik juga masih menunggu hasil dari otopsi dan pemeriksaan laboratorium forensik," tuturnya.
Sebelumnya, Mawartih adalah dokter spesialis paru satu-satunya di Nabire. Ia ditemukan meninggal di rumah dinasnya di daerah RSUD Siriwi, Nabire pada Kamis (9/3) lalu.
Kejanggalan kematian Mawartih diungkapkan oleh ibunda dr Mawar, Martawara ketika ditemui di rumah duka di Jl Mannuruki 2, Kota Makassar, Selasa (14/3). Menurut dia, kematian anak ketiganya tak wajar.
"Ada banyak luka lebam di dada anak saya. Tulang rusuknya dan pergelangan tangannya patah. Berdasarkan foto-foto dan bukti dari kedokteran yang diberikan kepada kami," katanya.
Dilansir dari Tribunnews, jenazahnya kemudian diterbangkan ke Makassar, Sulawesi Selatan pada Jumat (10/3) untuk dilakukan otopsi di RS Bhayangkara Makassar.
Mawartih lalu dimakamkan di Pekuburan Panaikang pada Senin (13/3) setelah Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melayat ke rumah duka di Kecamatan Tamalate, Makassar.
Adapun saat ditemukan tewas, mulut Mawartih mengeluarkan busa dan ditemukan tanda-tanda kekerasan.
"Kalau dari fotonya memang ada tanda-tanda (kekerasan), nanti hasil otopsi yang ungkapkan," ujar salah satu kerabat yang menghadiri persemayaman dr Mawartih di rumah duka pada Senin (13/3), dilansir dari Tribun.
Sementara itu, Mayor Inf Sermon yang bertindak sebagai perwakilan keluarga juga menemukan kejanggalan di balik kematian dr Mawartih.
"Setelah dibuka (jenazahnya), kami lihat banyak tanda-tanda yang kami temukan yang saat ini tidak bisa kami ungkapkan," ujar Sermon.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta agar kasus meninggalnya dr Mawartih diusut untuk menemukan penyebab kematian yang diduga tidak wajar.
Ia mengatakan Kemenkes akan berkoordinasi dengan Polri dan TNI untuk membahas masalah ini.
"Kami sampaikan kepada keluarga bahwa Kemenkes bekerja sama dengan kepolisian untuk memastikan penelitian dan penyelidikan dilakukan dengan transparan, terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi mengenai kasus ini," ujar Budi.