Jakarta, Gatra.com - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus menilai bahwa kekhawatiran dunia atas bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) sangat berlebihan.
Menurutnya, berdasarkan data dari The Federal Reserve (The Fed) jumlah aset dan market capitalization dari SVB bukan yang terbesar. SVB hanya menduduki posisi 16 dalam deretan bank terbesar Amerika Serikat (AS).
"Memang cukup besar tapi tidak yang terbesar. Kalau dibandingkan dari bank JP Morgan itu domestik asetnya mencapai US$2,480 million kalau dibandingkan dengan SVB, Sebenarnya SVB itu kecil," katanya dalam diskusi virtual pada Kamis (16/3).
Baca juga: Yang Perlu Diketahui soal Kolapsnya Silicon Valley Bank
Domestik aset yang dimiliki SVB hanya senilai US$194.514 miliar. Sedangkan JP Morgan berada di urutan pertama dengan nilai domestik aset mencapai US$2,48 triliun.
"Kalau tadi saya hitung, dari 100 bank komersial di Amerika Serikat, kontribusi aset dari SVB ini hanya 1-2% jadi relatif kecil. Cuma, karena punya kekhususan, mendanai start up, kemudian juga, nasabahnya banyak start up. Ini yang menimbulkan kekhawatiran," ucap Heri.
Ia juga menyebutkan bahwa buka tutup suatu bank adalah hal yang wajar meski, tetap harus diwaspadai. Namun dalam skala SVB, dampak langsungnya disebut nyaris tidak ada lantaran bank ini masih cukup kecil.
Baca juga: HSBC Akuisisi Silicon Valley Bank di Inggris
"Yang membuat kekhawatiran adalah di tengah ekonomi dunia mengarah ke digitalisasi, salah satu sumber pendanaan banknya yang cukup besar di dunia, mengalami kolaps. Nah, ini yang menimbulkan kekhawatiran," jelasnya.
Menurutnya, efek kebangkrutan SVB secara langsung juga tidak berdampak sampai ke Indonesia. Namun, kekhawatiran berlebihan dapat membuat respon pasar yang ikut menimbulkan dampak buruk.